[ad_1]
Setiap orang memiliki model atau gaya pengambilan keputusan yang berbeda, perlu diingat tidak ada model yang baik maupun buruk.
Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Adapun setiap model hanya cocok diterapkan dalam situasi-situasi tertentu.
Dalam artikel ini, Eksekutif akan mengurai secara menyeluruh lima gaya pengambilan keputusan yang dipicu oleh Dan Lovallo dan Olivier Sibony.
Mereka mengelompokkan gaya-gaya ini berdasarkan proses pengambilan keputusan, informasi yang dianalisis, risiko, aspirasi, dan keseimbangan keputusan.
1. Visioner
Seseorang dengan model pengambilan keputusan visioner selalu fokus pada inti masalah.
Mereka tidak banyak mendengar pendapat atau informasi dari orang lain, melainkan mengandalkan intuisinya sendiri.
Hasilnya, mereka selalu cepat dalam mengambil keputusan.
Model yang satu ini memang cocok diterapkan ketika ada krisis manajemen. Namun, jika dilakukan terus-menerus, hasilnya tidak akan baik.
Keputusan hanya diambil berdasarkan keyakinan diri sendiri. Jadi, bisa dibilang keputusan tersebut sangat subjektif.
2. Wali
Kebalikan dari visioner, gaya pengambilan keputusan wali bisa dibilang lambat.
Hal ini terjadi karena orang-orang yang menerapkan gaya ini lebih fokus pada pengumpulan informasi. Mereka mengumpulkan informasi dan fakta sebanyak-banyaknya untuk memperluas pandangannya.
Setelah semua informasi terkumpul, barulah mereka menganalisis keputusan yang terbaik.
Tak heran, mereka sangat menghindari risiko, dikutip dari Pemasaran 91.
Sayangnya, gaya pengambilan keputusan ini tidak cocok diterapkan ketika organisasi sedang butuh keputusan cepat.
3. Motivator
Apakah kamu merasa bisa memegaruhi orang lain? Bisa jadi, kamu adalah seorang pemimpin dengan model motivator.
Penganut model pengambilan keputusan ini punya banyak mimpi. Mereka yakin timnya bisa melakukan A, B, hingga Z.
Tak hanya itu, mereka punya kemampuan untuk meyakinkan orang lain. Mereka bisa mendorong rekan-rekannya untuk melakukan hal yang diyakininya benar.
Namun, seorang motivator lebih fokus pada prinsip yang dianutnya.
Hal ini justru berbahaya, sebab mereka sering mengabaikan kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan perusahaan.
4. Fleksibel
Seperti namanya, model ini adalah model pengambilan keputusan jauh lebih fleksibel dibandingkan model lainnya.
Menurut Transformasikan Pemimpin, seseorang yang menerapkan gaya ini merasa nyaman dengan ketidakpastian.
Mereka berpikiran terbuka, mampu beradaptasi dengan keadaan, dan bersedia melibatkan banyak orang ketika memutuskan.
Bahkan, sering kali mereka berkaca pada pengalaman yang pernah dialaminya.
Sayangnya, jika terlalu terbuka, seseorang dengan gaya fleksibel akan menerima sangat banyak pilihan. Mereka melihat semua masalah, risiko, dan potensinya.
Hal ini membuat mereka tidak fokus dengan tujuan yang ingin dicapai. Keputusan pun diambil dengan lambat.
5. Katalisator
Gaya pengambilan keputusan katalisator bisa dibilang paling seimbang dibandingkan gaya lainnya. Mereka menganalisis berbagai hal dengan proporsional.
Salah satunya terjadi ketika pengumpulan informasi. Mereka mencari pandangan dari para pemangku kepentingan, tetapi bisa menyeimbangkannya dengan opini sendiri.
Selain itu, mereka juga mempertimbangkan risiko sekaligus berani menghadapinya.
Meski demikian, gaya pengambilan keputusan seperti ini tidak selalu baik. Jika selalu diterapkan, hasilnya akan berada di ambang rata-rata.
Seseorang yang menganut gaya katalisator harus berani mencoba gaya lain untuk menghasilkan keputusan yang berbeda.
Dari penjelasan di atas, model pengambilan keputusan apa yang paling sesuai dengan dirimu? Apakah visioner, wali, motivator, fleksibel, atau katalisator?
Apapun gayamu, pahami kelebihan dan kekurangannya. Jadi, kamu tahu cara mengatasinya demi mendapat keputusan terbaik.
Namun, jika merasa belum maksimal dalam pengambilan keputusan, ada Eksekutif ExpertClass yang bisa membantumu.
Eksekutif ExpertClass punya beragam kelas Personal Development, termasuk kelas yang membahas soal pengambilan keputusan.
Di sana, kamu bisa belajar dan mendapat tips langsung dari para ahli. Kamu juga bisa berdiskusi dengan mereka di akhir sesi, lho.
Jadi, tak perlu ragu. Daftarkan dirimu di kelas-kelas Eksekutif ExpertClass, jangan sampai kehabisan tiket!
[ad_2]