[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Badan Regulator Obat-Obatan Eropa mengumumkan telah menemukan sebuah hubungan antara vaksin Covid-19 milik AstraZeneca dan pembekuan darah yang sangat jarang terjadi kepada orang dewasa yang menerimakan vaksinnya.
Dikutip dari Reuters, Badan Obat-Obatan Eropa (EMA) mengatakan bahwa sistem monitor efek samping vaksinnya telah menerima 169 laporan terkait kasus dari Cerebral Venous Sinus Thrombosis (CVST) atau pembekuan darah di pembuluh yang keluar dari otak, dan 53 kasus dari Splanchnic Vein Thrombosis (SVT) atau pembekuan di pembuluh darah abdomen.
Angka ini merupakan bagian dari total jumlah 34 juta dosis vaksin AstraZeneca yang telah diberikan di Inggris dan Wilayah Ekonomi Eropa sejak program vaksinasi dimulai sekitar tiga bulan yang lalu.
Investigasi Pembekuan Darah Akibat Vaksin AstraZeneca
Pihak EMA melakukan investigasi terhadap frekuensi kejadian kasus pembekuan darah tersebut dalam vaksinasi, dan membandingkannya dengan tingkat normal secara keseluruhan, berdasarkan data dari statistik kesehatan masyarakat dan arsip asuransi.
Hasil investigasinya menemukan bahwa 12 kasus CVST ditemukan pada penerima vaksin di bawah umur 50 tahun dalam waktu 14 hari setelah menerima vaksin AstraZeneca. Padahal, seharusnya dalam waktu itu hanya terdapat 1,35 kasus CVST jika kondisinya normal.
Teori Pembekuan Darah
Pihak EMA menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca memungkinkan untuk memicu sebuah respons imun yang menghasilkan pembekuan darah tersebut, meskipun pihaknya mengaku bahwa ilmuwan belum menemukan faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan terhadap efek samping ini.
Selanjutnya, Andreas Greichner, seorang ahli Respon Imun Diinduksi Obat menjelaskan bahwa spesimen yang diperiksa mempunyai antibodi luar biasa yang mengaktivasikan trombosit darah, yang selanjutnya menyebabkan pembekuan darah tersebut.
Rekomendasi dari EMA
EMA merekomendasikan untuk menambah ‘pembekuan darah dan trombosit darah rendah’ sebagai efek samping yang sangat langka kepada vaksin AstraZeneca.
Selanjutnya, EMA memberi arahan kepada masing-masing negara yang memakai vaksin AstraZeneca untuk membuat kebijakan sendiri. Hal ini dinyatakan karena faktor seperti kecepatan penyebaran dan ketersediaan vaksin bervariasi dari negara ke negara.
[Gambas:Video CNBC]
(wia)
[ad_2]