[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sumringah pada perdagangan hari ini. Dibuka hijau, IHSG mantap melesat di zona apresiasi pada perdagangan Kamis (18/3/21). Indeks acuan bursa nasional tersebut naik 1,12% ke 6.347,82.
Nilai transaksi hari ini sebesar sebesar Rp 11,3 triliun dan terpantau investor asing menjual bersih Rp 180 miliar di pasar reguler. Terpantau 239 saham melesat, 236 terkoreksi, sisanya 168 stagnan.
Asing melakukan pembelian di saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 192 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 99 miliar.
Sedangkan jual bersih dilakukan asing di saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang dilego Rp 32 miliar dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang dijual Rp 46 miliar.
Konfirmasi yang dinanti-nanti dalam 3 hari terakhir itu akhirnya muncul juga. Bank sentral Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa kebijakan moneter longgar-yang memungkinkan suku bunga rendah dan aksi gelontor likuiditas di pasar-bakal tersebut berlanjut.
Ini memberikan kelegaan tersendiri bagi pelaku pasar global, terutama di AS, karena memungkinkan mereka untuk terus mendapatkan limpahan dana di pasar, yang pada gilirannya bakal terciprat ke pasar negara berkembang (termasuk Indonesia)..
Dalam pidatonya, The Fed mengakui bahwa inflasi tahun ini bisa menyentuh angka 2,2%, di atas rerata patokan yang biasa mereka pakai untuk mencegah mesin ekonomi terlalu panas (overheated).
Namun, secara bersamaan The Fed menegaskan akan tetap mempertahankan kebijakan moneter longgarnya tersebut demi pasar tenaga kerja dan ekonomi yang membaik.
“Kami memang berharap bahwa akan ada kemajuan lebih cepat di pasar tenaga kerja dan inflasi setelah sekian tahun, berkat kemajuan vaksin, dan karena dukungan fiskal yang kita dapatkan,” tutur Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dikutip CNBC International.
Artinya, inflasi boleh saja tinggi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun (yang jadi acuan pasar) boleh naik mendekati angka 2%, suku bunga nyaris nol persen akan dipertahankan.
Dus, dalam jangka menengah, pasar global masih akan aman dari risiko taper tantum (capital outflowmasif dari pasar negara berkembang ketika The Fed mengurangi atau menghentikan pembelian obligasi di pasar).
Dari dalam Negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Maret 2021 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%,sukubunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%,”sebut Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDGedisi Maret 2021, Kamis (18/3/2021).
Konsensus pasar yang dihimpun Eksekutif memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%.Seluruh institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus memperkirakan tidak ada perubahan. Sepakat bulat, aklamasi, tidak ada dissenting opinion.
Sejak awal tahun lalu, BI sudah memangkas suku bunga acuan sebanyak 150 basis poin (bps). Kini, suku bunga acuan berada di titik terendah sepanjang sejarah Indonesia merdeka.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(trp/trp)
[ad_2]