[ad_1]
Jakarta, Eksekutif– Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya akan menjamin penuh penggantian dana nasabah jika menjadi sasaran hack atau kejahatan siber. Pasalnya, pesatnya perkembangan bank digital membuat ada celah kejahatan siber yang menghantui meski menawarkan sejumlah kemudahan .
“Kadang justru terjadi pada nasabah, misalnya dia memberikan nomor OTP, diintip pinnya, atau dia menyimpan informasi pin di dompetnya. Tentu saja kalau dibobol dengan cara ini tidak diganti, kalau benar-benar dari kesalahan teknologi kami akan ganti,” kata Jahjha dalam Eksekutif VIP Forum Digital Bank belum lama ini.
Meski demikian, nasabah juga harus mendapatkan edukasi terkait transaksi yang aman melalui bank digital.Sebab, selama ini kejahatan siber yang terjadi menurutnya kebanyakan memanfaatkan social engineering. Dengan begitu nasabah tertipu dan akan memberikan data pribadi ataupun kode OTP.
“Kejahatan siber ini bisa memang menyerang sistem atau nasabahnya. Harus hati-hati karena nasabah biasanya yang paling lemah diserang. Kalau ada kerugian terjadi karena hacker, itu harus diganti full,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, Bank Digital BCA yang akan beroperasi pertengahan tahun ini berencana mengembangkan simpanan (funding) dan pembayaran (payment) lebih dulu. Setelah itu baru akan berkembang pada pemberian pinjaman atau lending.
Dengan hadirnya bank digital, layanan yang diberikan akan lebih terintegrasi dengan cakupan nasabah yang beragam. Selama ini BCA memiliki nasabah eksisting sehingga dengan adanya bank digital ada segmen tertentu yang bisa difokuskan.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang spesifik ini, maka permodalan bank digital pun tidak bisa main-main. Apalagi persaingan semakin ketat karena semakin banyak bank digital yang hadir.
“Semua digital bank digital harus punya institusi kuat di belakangnya. Kalau hanya konversi saja tanpa ada dukungan kuat akan berat perkembangannya,” kata dia.
Jahja mengungkapkan jangan sampai seperti ketika izin perbankan dipermudah sehingga ada 200 lebih bank baru. Namun hanya sedikit yang dapat bertahan dan berkembang besar.
“Artinya betul-betul kalau mau mengembangkan bank digital harus ada permodalan kuat dan institusi kuat untuk mendorong, tanpa itu forget it. Jadi apakah investor bersedia investasi yang demikian besar dengan persaingan yang semakin ketat,” ujar Jahja.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
[ad_2]