[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Kontroversi vaksin AstraZeneca kian berlanjut. Kali ini Afrika membatalkan rencana pembelian vaksin tersebut sementara Australia dan Filipina membatasi penggunaan vaksin Covid-19 buatan perusahaan Inggris-Swedia itu.
Dilansir dari Reuters, Uni Afrika menjajaki opsi pembelian vaksin dengan Johnson & Johnson. Menurut kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, mereka membatalkan rencana untuk membeli suntikan AstraZeneca produksi Institut Serum India (SII) karena tak mau berbenturan dengan penyaluran vaksin Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX).
Sementara, Australia merekomendasikan masyarakat berusia di bawah 50 tahun untuk mendapatkan vaksin Covid-19 Pfizer dibanding AstraZeneca. Langkah ini cukup mengejutkan karena diyakini akan mempengaruhi kampanye vaksinasi negara itu.
Filipina juga menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca untuk masyarakat di bawah usia 60 tahun. Keputusan ini diambil setelah regulator Eropa menemukan kemungkinan hubungan kasus pembekuan darah langka di antara beberapa penerima dewasa
Sebelumnya pekan ini, Italia, Prancis, Belanda, Jerman, dan sejumlah negara lainnya memang merekomendasikan usia minimum untuk penerima suntikan AstraZeneca. Inggris bahkan mengatakan orang di bawah 30 harus mendapatkan vaksin alternatif la
Korea Selatan juga menangguhkan penggunaan vaksin pada orang yang berusia di bawah 60 tahun minggu ini. Negeri Ginseng malah menyetujui penggunaan vaksin satu dosis Johnson & Johnson.
Kemanrin, beberapa regulator obat-obatan dan vaksin di dunia menemukan vaksin AstraZeneca rupanya memiliki hubungan dengan masalah pembekuan darah. Ini diungkapkan Badan Obat-obatan Eropa (European Medicines Agency/EMA) dan regulator obat Inggris, Medicines and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA), meski manfaatnya tetap lebih besar dibanding risiko.
Menanggapi hal ini, AstraZeneca mengatakan sedang bekerja dengan regulator Inggris dan Eropa untuk mendaftar kemungkinan pembekuan darah otak sebagai “efek samping potensial yang sangat langka”. Selain soal keamanan, soal pasokan juga menimbulkan tanda tanya di sejumlah negara.
AstraZeneca merupakan vaksin corona termurah yang ada saat in, dengan pasokan cukup banyak. Vaksin ini juga tidak perlu pendingin ekstrem seperti vaksin lainnya. Hal ini menjadikan AstraZeneca menjadi vaksin unggulan program inokulasi di negara berkembang dan COVAX.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef)
[ad_2]