[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Rekor harga tertinggi komoditas digital Bitcoin adalah US$ 61.606/BTC atau per koin, yang berhasil dicapainya pada pertengahan Maret lalu. Setelah itu harga Bitcoin cenderung turun dan belum mampu tembus US$ 60.000/BTC lagi. Nilai itu setara dengan Rp 870 juta/koin (kurs Rp 14.500/US$).
Dalam sepekan terakhir harga Bitcoin cenderung melemah 0,6%. Sepanjang bulan berjalan (month to date/mtd) Bitcoin turun 1%. Dalam sebulan Bitcoin masih tercatat naik 2,51%.
Sementara gain dari Bitcoin dalam tiga bulan dan sepanjang tahun 2021 masing-masing mencapai 51% dan 101%. Ada kenaikan tajam harga mata uang kripto tersebut di awal bulan Februari.
Selama ini Bitcoin dianggap sebagai aset untuk spekulasi saja karena tidak memiliki underlying apapun. Selayaknya mata uang fiat, Bitcoin hanyalah sebuah rentetan algoritma yang hendak dijadikan nilai tukar yang baru.
Bedanya dengan mata uang fiat adalah pasokan Bitcoin dibatasi hanya boleh 21 juta unit saja. Sementara saat ini yang sudah bersirkulasi mencapai 18,6 juta unit. Artinya Bitcoin semakin hari semakin langka. Inilah salah satu faktor yang mengerek naik harga mata uang digital tersebut.
Di sisi lain kebijakan bank sentral yang ultra longgar juga cenderung mendevaluasi mata uangnya, karenanya banyak investor membutuhkan aset lain untuk lindung nilai. Banyak investor institusi dan big money yang mulai mengalokasikan sedikit portofolionya ke Bitcoin.
Adanya inflow dana yang masif dari para pemilik modal besar inilah yang membuat Bitcoin terus menerus mencetak rekor tertinggi barunya (all time high). Sebut saja nama seperti Paul Tudor dan Elon Musk juga ikut meramaikan pesta.
Tesla belum lama ini juga membeli miliaran dolar Bitcoin serta berencana untuk menerima pembayaran dalam bentuk koin digital itu. Sebagai aset yang memiliki kinerja paling ciamik tahun ini tentu saja membuatnya dilirik banyak pihak, tak terkecuali bank investasi asal Wall Street JPMorgan.
Melihat tren yang semakin berkembang dan meluas bank raksasa asal Wall Street tersebut memberikan outlook yang sangat bullish untuk Bitcoin. Untuk jangka panjang, JP Morgan menilai Bitcoin bisa tembus ke US$ 130.000/BTC atau setara dengan Rp 1,88 miliar/koin.
JPMorgan bahkan merekomendasikan kliennya untuk menaruh sebagian uangnya ke aset digital seperti Bitcoin. JPMorgan merekomendasikan setidaknya 1% dari portofolio bisa dialihkan ke Bitcoin.
“Dalam portfolio multi-aset, investor kemungkinan dapat menambahkan hingga 1% dari alokasi mereka ke cryptocurrency untuk mencapai keuntungan efisiensi dalam pengembalian portofolio yang disesuaikan dengan risiko secara keseluruhan,” ahli strategi termasuk Joyce Chang dan Amy Ho menulis dalam sebuah catatan.
Di saat yang sama bank tersebut juga mencatat bahwa ada pergeseran minat investor dari emas ke Bitcoin. Hal ini tercermin dari adanya outflow dari emas senilai US$ 20 miliar dan inflow ke Bitcoin mencapai US$ 7 miliar.
Saat ini nilai kapitalisasi pasar Bitcoin sudah tembus US$ 1 triliun dan melampaui output perekonomian Indonesia dalam satu tahun. Di posisi kedua ada ethereum yang nilai pasarnya seperempat dari Bitcoin.
Bagaimanapun juga Bitcoin masih menjadi perdebatan banyak pihak terutama pemerintah sebagai regulator dan pengusaha maupun investor sebagai pemilik dana dan modal. Namun banyak pihak yang sepakat bahwa volatilitas Bitcoin yang sangat tajam menjadikannya aset yang sangat berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(twg/twg)
[ad_2]