[ad_1]
Menyikapi perubahan iklim dunia, Temasek melalui Temasek Foundation senantiasa menginisiasi program- program peduli lingkungan dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan hidup demi meraih tujuan bersama.
Untuk itu Temasek menginisiasi Temasek Shophouse Conversations ( TSC ) yang diluncurkan pada awal tahun 2021. TSC adalah bagian dari serangkaian acara hybrid yang menyatukan para pemimpin dari sektor publik, swasta dan masyarakat bersama untuk berkolaborasi di beberapa sektor. Acara tersebut ingin menggembleng dan mendorong masyarakat melakukan sesuatu demi kepentingan bersama di wilayahnya dan di dunia.
Tema untuk seri pertama TSC adalah “Do Good Together”. Seri pertama digelar pada Januari 2021 fokus pada rally, sosialisasi, dan merumuskan semua yang dipelajari dari COVID-19 dalam rangka bersiap untuk menghadapi Penyakit X (pandemi global selanjutnya).
Sementara itu, TSC yang digelar baru-baru ini bertajuk “Climate Action” dan bertema “Leadership in a Sustainability Journey”.
Diskusi antara panelis ahli dari instansi pemerintah, korporasi, lembaga keuangan dan investasi, serta himpunan asosiasi lingkungan hidup seputar aksi iklim menjadi sorotan utama TSC yang diselenggarakan oleh Temasek Foundation saat ini.
Acara yang digelar secara virtual pada Jum at ( 09/04/2021 ) ini dihadiri sekitar 1,000 peserta. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian acara untuk mengajak para pemimpin di sektor publik, swasta dan komunitas bersama-sama mendiskusikan kolaborasi multi-sektor dan mendorong aksi untuk menjawab tantangan sosial dan lingkungan hidup demi meraih tujuan bersama, baik di kawasan maupun di dunia.
Acara ini menampilkan sesi-sesi utama dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya Bakar dan Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Desmond Lee.
Mr Ng Boon Heong, Chief Executive Officer, Temasek Foundation mengatakan, “Perubahan iklim adalah ancaman yang masih terus menimpa manusia dan membutuhkan respon bersama dan berkelanjutan dari semua sektor. Kerjasama dan kemitraan lokal maupun global sangat penting untuk menangani hal ini. Negara-negara akan mendapatkan banyak manfaat dari saling bertukar pembelajaran dan praktik terbaik saat mereka bergerak maju menuju keberlanjutan.”
“Temasek Shophouse Conversations menegaskan pentingnya aksi iklim yang lebih kuat dari berbagai sudut pandang dalam konteks lokal dan dunia. Platform ini menargetkan untuk saling bertukar gagasan dan menciptakan kesadaran yang lebih besar akan upaya terhadap lingkungan yang dilakukan baik di wilayah maupun di dunia. Kami yakin ini akan menginspirasi peserta untuk mengambil tindakan sesuai dengan kapasitas mereka,” imbuhnya.
Asia Tenggara adalah salah satu wilayah yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Jika dibiarkan, perubahan iklim tidak hanya memberikan efek lingkungan yang tidak bisa diperbaiki, namun juga dampak ekonomi yang sangat merugikan. Asian Development Bank (ADB) memperkirakan Asia Tenggara bisa mengalami kerugian yang lebih besar dari wilayah-wilayah lain di dunia, yang bisa menggerus 11% Produk Domestik Bruto wilayah hingga akhir abad ini karena sektor-sektor kunci seperti pertanian, pariwisata, dan perikanan – bersama dengan kesehatan manusia dan produktivitas tenaga kerja yang menjadi korbannya.
Acara ini juga akan menampilkan peluncuran buku Steering a Middle Course: From Activist to Secretary General of Golkar karya Bapak Sarwono Kusumaatmadja, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia
Buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh ISEAS Publishing ini menggali kehidupan Pak Sarwono dari masa mudanya sebagai aktivis, hingga saat beliau memasuki dunia politik dan berpengaruh dalam perubahan dan reformasi tata kelola dalam administrasi publik dan lingkungan hidup.
Dalam acara ini juga akan ada dua diskusi panel oleh pembicara global ternama:
- Potret seorang Mahasiswa Aktivis
- Kepemimpinan di Perjalanan Menuju Keberlanjutan: Masa Depan Kita – Bagaimana, Mengapa dan Kapan
Acara tersebut ditutup dengan ajakan untuk menjawab tantangan dari perubahan iklim melalui inisiatif lingkungan dan komunitas.
Ajakan pertama adalah dari proyek Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN), Indonesia, yang menargetkan untuk menyatukan sektor publik dan swasta membentuk aliansi yang disebut Aliansi Restorasi Ekosistem Bakau/ Mangrove Ecosystem Restoration Alliance, (MERA).
Dr Herlina Hartanto, Direktur Eksekutif YKAN mengatakan, “Kami senang jadi bagian dari Temasek Shophouse Conversations, platform yang sangat bagus untuk melakukan diskusi penting dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan aksi.
“Dengan semakin besarnya kesadaran dan keterlibatan sektor publik dan swasta, kami yakin bisa mencapai target restorasi 500.000 hektar ekosistem bakau pada 2025 dan mengelolanya secara berkelanjutan. Ini akan membantu mata pencaharian masyarakat pesisir dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia,” ungkap Herlina.
Ajakan kedua adalah undangan dari para muda-mudi berusia 40 tahun ke bawah dari Singapura dan kawasan untuk menjadi advokat dan pembuat perubahan guna memajukan ketahanan iklim di masyarakat.
Inisiatif bernama Youth Action for Climate ini mengajak orang muda untuk menyumbangkan ide dalam memerangai krisis iklim dan membentuk masa depan berkelanjutan. Bisnis dan organisasi juga diajak untuk maju dan menjadi mentor para muda-mudi, serta membantu dalam pembentukan dan dukungan terhadap proyek-proyek ini.
Post Views:
1
[ad_2]