[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) di bursa Wall Street AS ditutup naik pada perdagangan Jumat waktu setempat (9/4) atau Sabtu dini hari di Indonesia. Sementara satu indeks lainnya, Nasdaq juga menguat.
Kedua indeks acuan ini ditutup pada rekor tertinggi, membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut sebagian karena ditopang sentimen penguatan saham-saham kategori growth stock atau bertumbuh menjelang musim laporan keuangan triwulanan pada pekan depan.
Data perdagangan CNBC mencatat, DJIA naik 297,03 poin, atau 0,89% menjadi 33.800,6, S&P 500 naik 31,63 poin, atau 0,77% menjadi 4.128,8 dan Nasdaq Composite bertambah 70,88 poin, atau 0,51% menjadi 13.900,19.
Untuk pekan ini, S&P melesat 2,71%, Dow naik 1,96% dan Nasdaq juga meningkat 3,12%.
Saham-saham penguat Nasdaq di antaranya Moderna melesat 5,25% dan Amazon 2,21%. Saham-saham gainers di DJIA yakni Honeywell 3,23%, Apple 2,02% dan Intel 1,8%. Adapun saham di S&P yakni PVH 5,68% dan Cigna 3,29%.
Saham-saham kategori growth stock menemukan pijakannya selama dua minggu terakhir setelah sebelumnya dikalahkan oleh saham-saham bernilai (value stock) hampir sepanjang tahun.
Penurunan imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS tenor 10 tahun dari level tertinggi 14 bulan pada akhir Maret mendorong pembelian saham-saham kategori ini.
Growth stock adalah saham yang perusahaanya memiliki potensi untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara yang cepat, sementara value stock adalah saham-saham yang diperdagangkan pada harga lebih rendah dibandingkan dengan harga dasarnya/harga pasarnya.
Data menunjukkan harga produsen di AS naik lebih dari yang diharapkan pada Maret, membawa kenaikan tahunan terbesar.
Banyak investor sekarang mengharapkan inflasi yang lebih tinggi karena adanya vaksinasi membantu ekonomi AS pulih dari penguncian wilayah. Namun pasar saham menunjukkan sedikit kekhawatiran karena bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed) telah mempertahankan kebijakannya dan memungkinkan inflasi melampaui targetnya.
“Inilah sebabnya mengapa sepanjang pekan (Ketua The Fed, Jerome Powell) sangat bersemangat, dia memastikan semua orang mengerti bahwa mereka mengharapkan lonjakan [inflasi] dan mereka siap untuk itu, itu bukan kejutan,” kata Ken Polcari, Managing Partner di Kace Capital Advisors, Florida, dilansir Reuters, Sabtu (10/4/2021).
“Itulah sebabnya pasar tidak turun, karena dia berhasil mengatasi kecemasan dan mencegah orang menjadi benar-benar panik karenanya.”
Reuters melaporkan, bank-bank besar memulai musim laporan laba kuartal pertama pada pekan depan. Goldman Sachs, JPMorgan dan Wells Fargo dijadwalkan merilis laporan triwulanan pada Rabu.
Menurut data IBES Refinitiv, para analis mengharapkan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan anggota indeks S&P 500 dan meramal ada lonjakan 25% laba dari tahun sebelumnya. Itu akan menjadi kinerja terkuat untuk kuartal tersebut sejak 2018.
Nama-nama saham megacap (kapitalisasi pasar terbesar) seperti Apple, Amazon dan Microsoft, yang menjadi anggota Indek Russel 1000 naik seiring dengan kecepatan kenaikan Indeks S&P 500. Saham Amazon naik 2,21% karena pekerja gudang di Alabama menolak upaya untuk membentuk serikat pekerja.
Indeks pertumbuhan Russell 1000, yang sebagian besar terdiri dari saham-saham teknologi, mengungguli indeks nilainya. Indeks lainnya itu sebagian besar terdiri dari saham-saham siklis seperti perusahaan keuangan dan energi, yang terkoreksi setelah turunnya imbal hasil US Treasury.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 8,69 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata sebanyak 11,71 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
[ad_2]