[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Situasi di Myanmar kian memanas. Kali ini junta militer Myanmar dilaporkan meminta uang tebusan sebesar US$ 85 atau Rp 1,2 juta (asumsi Rp 14.600/US$) kepada keluarga atau kerabat yang ingin mengambil jenazah pengunjuk rasa yang tewas.
Praktek ini dilaporkan sebuah postingan Facebook para aktivis anti-kudeta dari Serikat Mahasiswa Universitas Bago. Dilansir dari CNN International, mereka menuliskan militer menuntut 120.000 kyat Myanmar untuk mayat para demonstran yang tewas pada Jumat (9/4/2021) lalu.
Radio Free Asia juga membenarkan laporan postingan Serikat Mahasiswa Universitas Bago tersebut. Namun hingga berita ini diturunkan, pihak militer Myanmar belum memberikan komentar.
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan sedikitnya 82 orang tewas di Bago, 90 kilometer (56 mil) timur laut Yangon, setelah kota itu “digerebek” oleh pasukan keamanan militer pada Jumat lalu, Militer Myanmar menembaki pengunjuk rasa anti-kudeta di kota Bago menggunakan senapan serbu, granat berpeluncur roket (RPG), dan granat tangan.
Seorang saksi mata yang tinggal di kota Bago, yang tidak dapat disebutkan namanya untuk tujuan keamanan, mengatakan bahwa banyak penduduk telah melarikan diri ke desa-desa terdekat sejak penggerebekan hari Jumat. Internet telah terputus di daerah itu sejak Jumat dan pasukan keamanan sedang menggeledah lingkungan sekitar.
“Saya tinggal di jalan utama. Pasukan keamanan sering datang dan pergi,” kata saksi mata, menambahkan bahwa mayat telah menumpuk di kamar mayat setelah penembakan.
“Karena ancaman itu, kami harus pindah ke rumah di jalur terdekat,”
Minggu (11/4/2021), diketahui militer Myanmar menahan seorang dokter sukarelawan Palang Merah di Bago pada 2 April. Relawan, Nay Myo, yang juga ketua PM Bago, belum didakwa tetapi masih ditahan. Dokter sukarelawan lain yang memberikan bantuan medis gratis di lapangan, Wai Yan Myo Lwin, juga ditahan.
Lebih dari 700 orang tewas sejak kudeta militer pada 1 Februari. Sejak itu, pasukan keamanan junta yang terdiri dari polisi, tentara, dan pasukan elit kontra-pemberontakan telah memulai tindakan keras sistematis terhadap pengunjuk rasa yang tidak bersenjata, menahan sekitar 3.000 orang dan memaksa para aktivis bersembunyi.
[Gambas:Video CNBC]
(sef/sef)
[ad_2]