Kinerja Emiten Rokok RI di Semester I-2023, Siapa Juaranya?

  • Bagikan
Kinerja Emiten Rokok RI di Semester I-2023, Siapa Juaranya?

[ad_1]

  • Kinerja keuangan dan kinerja saham emiten rokok indonesia pada semester I-2023 cukup baik, meski Pemerintah telah menaikkan cukai rokok.
  • Secara historis, produksi dan konsumsi rokok cenderung meningkat saat memasuki tahun politik atau ketika masa kampanye dimulai.
  • Diharapkan dengan masuknya tahun politik dapat mendongkrak kembali kinerja emiten rokok di Indonesia.

Jakarta, Eksekutif – Kinerja keuangan lima emiten produsen rokok yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada semester pertama tahun 2023 terbilang cukup positif, meski peraturan terkait rokok dari tahun ke tahun semakin ketat.

Positifnya kinerja keuangan emiten rokok ditopang oleh peningkatan penjualan. Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi rokok terus bertambah meskipun Pemerintah telah menaikkan cukai rokok rata-rata 10% mulai 1 Januari 2023 yang berdampak pada kenaikan harga rokok.

Berikut rekapan kinerja keuangan lima emiten rokok sepanjang semester I-2023.

Dari segi penjualan bersih, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) menjadi emiten rokok yang pertumbuhan penjualan paling besar jika dibandingkan semester I-2023 dengan semester I-2022.

Penjualan WIIM pada semester I-2023 melesat hingga 46,37% menjadi Rp 2,38 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 1,62 triliun pada semester I-2022.

Namun dari sisi pertumbuhan laba bersih, WIIM kalah dengan PT Gudang Garam Tbk (GGRM), meski WIIM berada di posisi runner up.

Pendapatan GGRM justru mengalami penurunan sebesar 9,43% pada semester I-2023 menjadi Rp 55,85 triliun, dibandingkan semester I-2022 sebesar Rp 61,67 triliun.

Jika melihat pada margin GGRM, meski pendapatannya turun, tapi diimbangi dengan efisiensi pada biaya pokok penjualan sehingga margin perseroan pada semester I 2023 menjadi 14,20%, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,33%.

Hal ini yang membuat laba usaha perseroan meningkat menjadi Rp 4,53 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,39 triliun.

Selain positifnya kinerja keuangan GGRM pada semester I 2023, sentimen dari masuknya kembali GGRM di indeks LQ45 seharusnya masih menjadi sentimen positif bagi GGRM.

Dalam rebalancing indeks LQ45 terbaru, GGRM resmi masuk lagi sebagai salah satu konstituen indeks LQ45 karena pulihnya kinerja bottom line dan prospek ekonomi domestik yang masih positif mendukung bisnis.

Adapun rebalancing LQ45 kali ini akan secara efektif diberlakukan pada 3 Agustus 2023 – Januari 2024. Masuknya saham emiten milik konglomerat Susilo Wonowidjojo ini akan menyumbang bobot sekitar 0,51% terhadap indeks dengan free float sebesar 17,16%.

Sedangkan untuk PT H.M Sampoerna Tbk (HMSP), laba bersihnya pada semester I-2023 tumbuh 23,02% menjadi Rp 3,75 triliun, dibandingkan dari semester I-2022 sebesar Rp 3,04 triliun.

Kenaikan laba bersih tersebut ditopang dari kenaikan pendapatan sebesar 4,95% per 30 Juni 2023 menjadi Rp 56,15 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 53,5 triliun per 30 Juni 2022.

Bukan hanya WIIM, GGRM, dan HMSP yang berhasil mencatat kenaikan laba, emiten rokok lainnya yakni PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) juga mencatatkan kenaikan laba bersih pada semester I 2023 sebesar 23,47% menjadi Rp 10,78 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 8,73 miliar.

Kenaikan laba bersih ITIC berasal dari peningkatan pendapatan pada semester I-2023 sebesar 12,07% menjadi Rp 142,88 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 127,49 miliar.

Namun sayangnya, kerugian kurs masih menggerus peningkatan laba pada Perseroan. ITIC harus mengalami kerugian kurs pada semester I-2023 sebesar Rp13,53 juta.

Namun terdapat hal lain yang mendorong peningkatan laba Perseroan yakni pada peningkatan pendapatan lain-lain pada semester I-2023 menjadi Rp 60,77 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya justru mengeluarkan beban lain-lain sebesar Rp 192,79 juta.

Sementara dari kinerja saham kelima emiten rokok tersebut, sepanjang tahun ini juga cukup baik. Hanya saham PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) yang cenderung mengecewakan, karena hingga Jumat kemarin, sahamnya masih terkena suspensi oleh BEI.

Emiten rokok tersebut cenderung masih positif meski Pemerintah telah menaikkan cukai rokok rata-rata 10% mulai 1 Januari 2023 yang berdampak pada kenaikan harga rokok.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, produksi rokok pada bulan Juli 2023 mencapai 27,79 miliar batang. Jumlah tersebut melesat 14,22% dibandingkan bulan sebelumnya. Produksi rokok pada Juli tahun ini juga melesat 8,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan rokok pada Juli disebabkan normalnya hari kerja pada bulan tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Juni di mana terdapat libur panjang Idul Adha sehingga hari kerja berkurang.

Produksi rokok diharapkan meningkat menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) 2024 yang akan mulai digelar pada pertengahan November 2023. Secara historis, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu.

Pada musim kampanye 2019 yang berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada peride September 2017-April 2018 hanya tercatat 24,36 miliar batang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)

[Gambas:Video CNBC]


[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini