[ad_1]
Berita Sepak Bola: Laporan dari New York Times menyebutkan bahwa klub-klub pendiri European Super League akan mendapatkan uang sebesar 350 juta euro (6,1 triliun rupiah) hanya untuk menerima undangan pembentukan liga terpisah ini, dan sebesar 3,5 miliar euro (61,1 triliun rupiah) untuk perbaikan infrastruktur.
Publik sepak bola Eropa sedang digegerkan oleh pembentukan liga elite yang berisikan 12 klub top Eropa, dengan enam dari Inggris, tiga dari Spanyol, dan tiga dari Italia. Pembentukan liga ini dikecam keras oleh insan-insan sepak bola, seperti UEFA, La Liga, Premier League, dan Serie A.
Pengutukan oleh banyak pihak terhadap European Super League ini karena menilai bahwa itu hanya menyelamatkan sektor finansial klub-klub yang terlibat, tanpa memikirkan dampaknya kepada ekosistem sepak bola secara keseluruhan.
Presiden Real Madrid, Florentino Perez, berdalih bahwa pembentukan liga ini adalah untuk membantu sepak bola dan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, menyebutnya sebagai produk untuk para fans di seluruh dunia untuk hasrat yang besar terhadap sepak bola.
Tak ayal memang jika dituduh serakah, sebab warta dari New York Times menyebutkan bahwa setiap klub peserta permanen, alias klub pendiri yang mana adalah ke-12 klub tersebut, akan menerima 350 juta euro atau sekitar 6,1 triliun rupiah, hanya untuk memenuhi undangan tampil di ajang ini.
Investor terbesar dari pembentukan Super League ini adalah perusahaan finansial elite asal Amerika Serikat, JP Morgan, yang menyokong sekitar 6 miliar dollar AS, atau setara 87,3 triliun rupiah. Itu belum termasuk dengan hak siar yang kabarnya bakal dimiliki oleh DAZN, dengan kontrak bernilai 3,5 miliar dollar AS (50,9 triliun rupiah), berdasarkan klaim dari La Gazzetta dello Sport.
Berdasarkan pengumuman dari situs resmi ESL, setiap klub pendiri akan mendapatkan dana sebesar 3,5 miliar euro (61,1 triliun rupiah) untuk mempersiapkan infrastruktur dan menutupi kerugian finansial yang disebabkan oleh pandemi.
Memang, menurut New York Times, pembentukan European Super League ini diklaim terakselerasi sejak musim panas tahun lalu, ketika klub-klub top Eropa mengalami krisis finansial yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Kerugian besar dan penurunan pendapatan secara signifikan pun masih terjadi hingga musim ini, meskipun sepak bola tetap bergulir secara reguler, dan ESL diyakini menjadi jalan keluar bagi mereka untuk tetap eksis sebagai klub besar.
Artikel Tag: European Super League, Liverpool, Real Madrid, Juventus, Barcelona, Manchester United, AC Milan, JP Morgan
[ad_2]