[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Rencana penyuntikan vaksinasi di Indonesia harus terganggu. Penyebabnya adalah vaksin AstraZeneca yang didapatkan dalam dua jalur mengalami masalah.
Indonesia menyiapkan dua jalur pengiriman AstraZeneca yakni melalui program GAVI yang didapatkan secara gratis dan mekanisme bilateral. Masing-masing jalur direncanakan mengirimkan 50 juta dosis vaksin.
Untuk program Gavi, vaksin diproduksi di India. Sayangnya negara itu mengalami peningkatan jumlah kasus Covid-19 jadi melakukan embargo pada ekspor vaksin.
Akibat masalah ini, Indonesia harus kehilangan 10cjuta dosis vaksin dari AstraZeneca. Jadi Maret-April diperkirakan memiliki 30 juta dosis hanya mendapatkan 20 juta dosis saja.
“Dari 30 juta vaksin di Maret-April hanya 20 juta, kecepatannya vaksinasi kita atur supaya tidak ada kekosongan hari vaksinasi,” kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI, Kamis (8/4/2021).
Pada rencana awal, Maret-April dengan ketersediaan vaksin 30 juta untuk dua bulan akan menyuntik 500 ribu perhari. Hal yang sama juga dilakukan pada Januari-Februari dengan 3 juta vaksin diatur untuk suntikan selama tujuh minggu.
Kecepatan laju vaksin, Budi mengatakan terbantu karena ini sudah jadi gerakan nasional. Sejumlah lembaga berbagai sektor membantu untuk melakukan vaksinasi.
Dari lokasipun tersebar, mulai dari drivethru, sekolah, mall, hingga convenience store. Dengan langkah ini diharapkan dapat melatih program vaksinasi di bulan Juli yang ditargetkan 1 juta suntikan perhari.
“Melatih proses vaksinasi diharapkan bulan Juli vaksin mulai banyak 40 jutaan vaksinasi 1 juta perhari sudah bisa kita lakukan,” ungkapnya.
Sementara itu, vaksin AstraZeneca melalui jalur bilateral juga mengalami masalah. Dari 50 juta dosis yang dijanjikan hanya 20 juta untuk tahun ini dan 30 juta pada 2022.
“Langsung melakukan komunikasi dengan AstraZeneca. Ada 100 juta dosis yang tidak pasti jadwalnya,” ujar dia.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
[ad_2]