[ad_1]
Jakarta, Eksekutif —
Sudah puluhan tahun Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta menjadi simbol kerukunan umat beragama. Lokasinya yang berseberangan memudahkan pemeluk kedua umat itu untuk saling memerhatikan dan membantu satu sama lain.
Humas Gereja Katedral Jakarta Susyana Suwadie bercerita, setiap hari raya seperti malam Paskah dan Natal, pihak gereja harus mendirikan 2.000 tenda.
Akibatnya, parkiran Gereja Katedral tak bisa menampung kendaraan dalam jumlah banyak.
Tapi di saat-saat seperti itu, biasanya, kata Susyana, pihak Masjid Istiqlal selalu mempersilakan pengunjung gereja untuk parkir di area masjid.
“Itu sudah berlangsung setiap kali ada hari raya,” ungkap Susyana kepada CNNIndonesia.com pada beberapa waktu yang lalu.
Bergantian, jika umat Islam sedang menyambut hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha, pihak Gereja Katedral Jakarta juga akan membantu semaksimalnya.
Misalnya, pada 2019 lalu, Idul Adha jatuh pada hari Minggu, 11 Agustus. Waktu itu bersamaan dengan ibadah Misa di Gereja Katedral Jakarta.
Demi kenyamanan dan menghindari penumpukan orang, akhirnya pihak gereja memundurkan jadwal ibadah Misa menjadi jam 11.00 WIB. Padahal seharusnya ibadah berlangsung pukul 06.00-09.00 WIB.
“Agar tidak membuat keramaian,” ujarnya.
Selain itu, gereja juga memperbolehkan tempat parkirnya untuk digunakan oleh masyarakat yang ingin beribadah di Masjid Istiqlal.
Susyana bercerita banyak sekali momen-momen kebersamaan antara Masjid Istiqlal dan gereja Katedral Jakarta, sampai ia mengaku tak bisa mengingatnya satu per satu.
Dengan potret kerukunan itu, dia menyebut hampir semua tokoh dunia yang berkunjung ke Indonesia akan berkunjung ke Masjid Istiqlal dan ke Gereja katedral Jakarta.
“Misalnya ada kunjungan kenegaraan dari Jerman, perdana menteri Swedia, dan lain-lain itu rata-rata berkunjung kedua lokasi ini,” ujarnya.
Susyana bercerita, biasanya tokoh-tokoh itu berkunjung lebih dahulu ke Masjid Istiqlal lalu ke Gereja Katedral Jakarta.
Ada yang menggunakan mobil dan ada juga yang sengaja menyebrang dengan berjalan kaki seperti Presiden Jerman Christian Wulff pada 2011.
Setiap ada kunjungan, kata Susyana, Imam Besar Masjid Istiqlal pasti mengantarkan mereka sampai bertemu dengan kepala kardinal, Romo, atau pengurus Gereja Katedral Jakarta.
“Itu momen yang indah, karena ada serah terima dari Imam Besar kepada kepala, Romo atau kami,” ucapnya.
Imam Besar dan Romo, kata Susyana, juga sering berdiskusi banyak hal.
Salah satunya ide membuat terowongan penghubung setelah mereka melihat banyak orang yang menyeberang melewati lalu lintas dari Istiqlal ke Katedral.
Selain untuk memudahkan akses, terowongan ini juga menjadi upaya mempererat tali silaturahmi antar lintas agama.
“Semoga persaudaraan kita terus-menerus dan apa pun juga pasti kita saling mendukung satu sama lain,” ujar Susyana.
“Kita sebagai saudara dengan keberagaman masing-masing, namun kita harus tetap satu hati berbangsa Indonesia,” pungkasnya.
(tinggi)
[Gambas:Video CNN]
.
[ad_2]