[ad_1]
Apakah kamu berlangganan WiFi dan sempat tidak bisa mengaksesnya sama sekali? Bisa jadi, itu adalah downtime.
Downtime bisa dibilang merugikan banyak pihak, termasuk penyedia server, klien, dan pelanggan.
Oleh karenanya, berbagai perusahaan selalu berusaha agar persentase downtime mereka sangatlah kecil. Dengan demikian, kepercayaan klien dan masyarakat terhadap mereka pun meningkat.
Sebenarnya, apa itu downtime dan apa penyebabnya? Selengkapnya akan Eksekutif bahas dalam artikel ini.
Apa Itu Downtime?
Istilah ‘downtime’ sering digunakan dalam berbagai bidang, seperti server, website, komputer, dan jaringan.
Singkatnya, downtime adalah periode ketika sebuah sistem tidak berfungsi atau offline, seperti ditulis SUSE. Dalam periode ini, pengguna tidak bisa mengakses server sama sekali.
Pada dasarnya, downtime dibagi menjadi dua jenis, yaitu terencana dan tidak terencana.
Jika downtime terjadi secara terencana, biasanya penyedia layanan ingin melakukan maintenance atau pengecekan tertentu.
Harapannya, pengecekan tersebut bisa membuat server bekerja dengan baik dalam waktu yang panjang.
Sementara itu, downtime yang tidak terencana tentu saja merugikan pengguna server.
Penyebabnya beragam, seperti kerusakan hardware dan software, traffic yang terlalu tinggi, adanya jaringan yang putus, dan bahkan serangan hacker.
Kebalikan dari downtime adalah uptime. Istilah ini menjelaskan periode waktu ketika server bisa diakses dengan baik.
Server yang berfungsi baik ditunjukkan dengan persentase yang tinggi. Misalnya, sebuah server diketahui memiliki uptime 99%.
Berarti, server tersebut memiliki peluang downtime sebesar 1% dalam setahun, yaitu 3,65 hari atau 87,6 jam.
Menurut Worldwide Services, hampir tidak ada server yang memiliki uptime 99,999%. Alasannya, kondisi tersebut membutuhkan dana dan usaha maintenance yang tinggi.
Uptime setinggi itu hanya mungkin dimiliki oleh provider server yang sangat besar.
Penyebab Downtime
Seperti yang sudah Eksekutif sebutkan, terdapat beragam alasan penyebab downtime. Berikut beberapa di antaranya, yang dirangkum dari Tech Terms.
1. Putus jaringan (network disconnect)
Ada saat ketika server secara fisik terputus dari jaringan. Jika hal itu terjadi, server tidak bisa dijangkau oleh sistem di jaringan.
Kemudian, terjadilah downtime.
2. Traffic yang terlalu tinggi
Hal ini sering terjadi pada sebuah website.
Biasanya, server memiliki batas traffic masing-masing. Jika traffic yang masuk terlalu tinggi, server tidak bisa menanganinya. Hal yang terjadi adalah downtime.
Kondisi ini bisa teratasi jika traffic sudah berkurang.
3. Kerusakan hardware
Jika ada komponen hardware penting yang rusak, server bisa berhenti berfungsi. Hardware yang dimaksud bisa berupa HDD atau SSD.
4. Kerusakan software
Tak hanya hardware, kerusakan software juga bisa menjadi penyebab downtime.
Biasanya, software yang memengaruhi downtime adalah layanan httpd (HTTP) yang tidak berfungsi.
5. Pemadaman listrik
Hal ini sering terjadi di Indonesia. Ketika ada pemadaman listrik dan penyedia layanan tidak memiliki daya cadangan (seperti generator dan UPS), maka server akan ikut offline.
6. Serangan hacker
Tak dapat dipungkiri, serangan hacker bisa hadir kapan saja. Jika mereka berhasil mengendalikan server, bisa saja terjadi downtime.
Sebab, mereka mencegah adanya akses ke server tersebut.
7. Proses restart software
Ada kalanya penyedia layanan harus me-restart software, seperti Apache di server website.
Biasanya, proses tersebut membutuhkan waktu beberapa detik hingga beberapa menit. Meski sebentar, ini adalah salah satu penyebab downtime.
Jika proses restart berakhir, server pun bisa berfungsi normal kembali.
Itulah tujuh penyebab utama downtime. Lantas, bagaimana cara mengatasinya?
Jika ingin tahu lebih lanjut terkait hal tersebut, kamu bisa mengikuti kelas online Eksekutif ExpertClass.
Ada banyak kelas yang membahas seputar IT dan teknologi. Kelas-kelasnya dipandu oleh para profesional berpengalaman.
Jadi, kamu bisa bertanya jawab langsung dengan mereka di akhir sesi. Klik tombol di bawah ini untuk mendaftarkan dirimu, ya!
CEK KELASNYA
Cara Menghitung Downtime
Umumnya, provider lebih senang menghitung uptime daripada downtime.
Semakin tinggi persentase uptime, maka semakin tinggi pula kualitas server yang diberikan.
Sebaliknya, persentase downtime yang rendah adalah bukti bahwa server tersebut berfungsi dengan baik.
Namun, jika kamu ingin menghitung downtime, berikut Eksekutif berikan caranya.
Misalnya, jika ditotal, sebuah server mengalami downtime selama 50 jam dalam setahun.
Sementara itu, total terdapat 8.760 jam dalam setahun (1 tahun = 365 hari). Maka, cara menghitung downtime adalah:
periode downtime / total jam setahun X 100%
50 / 8.760 X 100% = 0,571%
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persentase downtime server adalah 0,571%.
Kesimpulannya, downtime adalah periode ketika server tidak berfungsi.
Kamu bisa memanfaatkan informasi di atas ketika hendak memilih layanan server. Semakin rendah persentase downtime-nya, maka semakin baik pula kualitas server tersebut.
[ad_2]