[ad_1]
Sebelum terpecah, Korea Selatan dan Korea Utara bergabung menjadi satu negara yang dipimpin oleh dinasti kerajaan. Awal perpecahan terjadi saat Jepang menjajah Korea pada tahun 1905, membuat Korea mengalami gejolak perpecahan selama 35 tahun.
Setelah perang Jepang-Rusia usai dan kemenangan diraih oleh Rusia, Korea dibagi menjadi wilayah pendudukan Uni Soviet dan Amerika Serikat.
Faktanya, perpecahan terjadi karena keputusan yang dibuat oleh Uni Soviet dan AS. Kedua negara tersebut (Uni Soviet dan AS) membagi kekuasaan atas semenanjung Korea, di mana Korea Selatan diduduki oleh AS dan Korea Utara diduduki oleh Uni Soviet.
Pada tahun 1945, Uni Soviet memegang rezim komunis di Korea Utara dan AS membentuk dan mendukung pembentukan pemerintah militer untuk Korea Selatan.
Saat Uni Soviet memegang kekuasaan rezim komunis, Uni Soviet membentuk kebijakan yang ditujukan untuk para buruh dan petani, sehingga banyak masyarakat kelas menengah keatas migrasi ke Korea Selatan karena merasakan ketidakadilan.
Pada tahun 1948, AS meminta PBB untuk menyelenggarakan pemungutan suara mengenai persetujuan bahwa Korea adalah satu negara dengan dua pemerintahan yaitu pemerintahan Korea Selatan dan Korea Utara. Namun, hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh kedua negara (Korea Selatan dan Utara) karena mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung. Perdebatan ini kemudian pecah dan berujung pada Perang Korea di tahun 1950.
Perang Korea mengorbankan sekitar 2,5 juta orang dan berhasil merusak bahkan meratakan Korea.

Gencatan senjata tersebut akhirnya diakhiri pada tahun 1953, di mana kedua negara semakin terpecah. Zona demiliterisasi (DMZ) atau zona pemisah antara Korea Selatan dan Korea Utara pun dibentuk.
Pada tahun 2020, Korea Utara meledakkan kantor perhubungan antara Korea Selatan dan Utara. Kantor tersebut terletak di Kaeson yang merupakan wilayah perbatasan antar dua negara.
Hal ini diperkirakan terjadi karena adanya kampanye anti Kim Jong Un melalui balon udara yang menggambarkan Kim Jong Un sebagai setan, melayang di wilayah perbatasan.
Presiden Korea Selatan, Moon Jae In menginginkan perdamaian antar dua negara tersebut, namun mantan Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, menyatakan bahwa Kim Jong Un tidak peduli dengan kesepakatan perdamaian tersebut.

Hingga kini, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara masih berada dalam kondisi dingin dan belum ada persetujuan damai yang disetujui oleh kedua negara.
Sumber https://nationalgeographic.grid.id/read/131637707/ketika-perang-dingin-memecah-korea-menjadi-dua?page=2
[ad_2]