[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Ada masalah potensi kelangkaan vaksin covid-19 akibat embargo yang dilakukan produsen vaksin. Namun, di Indonesia kebutuhan vaksin masih bisa terpenuhi, walaupun ada potensi kekurangan karena beberapa komitmen belum didapatkan oleh produsen. Untuk mencegah hal terburuk, Indonesia meminta tambah alokasi dari China dan AS.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Kamis (8/4/2021) menjelaskan jumlah vaksin berdasarkan hitungan yang akan datang masih aman dari kebutuhan. Namun, belum semua mendapat komitmen tertulis dari produsen vaksin.
“Jumlah vaksin yang ada sampai sekarang sesudah revisi masih mencukupi angkanya di 396 juta dosis masih di atas (kebutuhan) 363 juta dosis, tapi memang ketidakpastiannya tinggi, karena bergantung pada suplai GAVI mereka sampai sekarang belum memberikan komitmen tertulis ke kita jadi masih ketidakpastian tinggi, saya susah beri kepastian karena belum dapat kepastian juga dari produsen,” jelasnya.
Budi menjawab pertanyaan Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris, soal skenario terburuk, jumlah vaksin masih bisa tidak tercapai?
“Risiko itu masih ada, makanya kita mau membuka jalur baru dengan berdiskusi dengan pemerintah China untuk meminta tambahan 90 – 100 juta dosis, kita masih mencari jalur baru,” jelasnya.
Selain dari China potensi vaksin juga cukup besar berasal dari Amerika Serikat. Melihat dalam roadmap vaksinasi Amerika Serikat bisa selesai pada bulan Juni mendatang.
Terus terang jalur baru juga kita mau buka dari Amerika, mereka vaksinasi lebih cepat. Mereka bisa selesai di bulan Juni. Kita juga sudah bicara informal kalau mereka selesai mereka akan buka (diperdagangkan),” kata Budi.
“Rencana kami setelah itu akan melakukan lobi G2G kalau dibuka, kalau bisa Indonesia di list pertama. Ini masih diskusi dini untuk antisipasi,” jelas Budi.
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi)
[ad_2]