Saham Batu Bara Susah Naik, Apa Benar Valuasinya Mahal?

  • Bagikan
Saham Batu Bara Susah Naik, Apa Benar Valuasinya Mahal?

[ad_1]

Jakarta, Eksekutif – Setelah sempat bergeliat pada perdagangan Kamis (18/3/2021) kemarin, saham batu bara pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (19/3/2021) hari ini berbalik ke zona pelemahan.

Padahal untuk harga komoditasnya sendiri, yakni batu bara masih dalam tren penguatan, di mana pada perdagangan Kamis kemarin, harga batu bara acuan dunia berhasil menyentuh level US$ 90/ton.

Sebelumnya, harga batu bara termal ICE Newcastle untuk kontrak yang aktif diperdagangkan resmi menyentuh level US$ 90/ton setelah menguat 0,61% pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (18/3/2021).


Kenaikan harga batu bara mengekor naiknya harga batu bara domestik China. Di pasar batu bara domestik Cina, harga spot Qinhuangdao 5500kcal FOB NAR naik untuk dua minggu berturut-turut minggu lalu.

Harga acuan spot batu bara dengan kalori 5.500 kcal naik 4,9% menjadi RMB 638/ton. Apresiasi tersebut membuat harga batu bara domestik China tetap di atas batas atas yang disebut ‘zona hijau’ sebesar RMB 500 – RMB 570 per ton.

Zona hijau adalah rentang sasaran harga informal yang ditetapkan oleh pihak berwenang yang bertujuan untuk memastikan profitabilitas produsen batu bara domestik marjinal serta produsen listrik.

Otoritas China telah mendorong peningkatan pasokan domestik untuk menurunkan harga yang melesat tajam, sementara pelonggaran kontrol impor (dengan pengecualian larangan impor batu bara Australia) juga telah disetujui sejak pertengahan Desember.

Hubungan Australia dengan China memang belum menemukan resolusi. Menurut kabar terbaru, Perdana Menteri Australia Scott Morrison berkata setiap tindakan China untuk tidak mengimpor batu bara berkualitas tinggi asal Australia hanya akan mengakibatkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Hubungan Negeri Kanguru dan Negeri Panda yang belum akur sebenarnya akan menguntungkan untuk para penambang dan eksportir batu bara asal Indonesia mengingat China adalah mitra dagang utama RI.

Ekspor bahan bakar mineral termasuk batu bara Indonesia bulan Februari secara volume turun 11% (mom) dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Februari sebesar 34,2 juta ton sementara di bulan sebelumnya ekspor mencapai 38,5 juta ton.

Namun akibat adanya kenaikan harga batu bara, penurunan volume diimbangi dengan kenaikan total nilai ekspornya. Berdasarkan data BPS, total ekspor bahan bakar mineral RI bulan lalu mencapai US$ 1,97 miliar atau naik 4,92% dari bulan sebelumnya yang hanya US$ 1,88 miliar.

Walaupun harga batu bara berhasil naik ke level US$ 90/ton, namun hari ini saham batu bara malah berbalik ambles.

Dari beberapa saham batu bara yang ambles hari ini, setidaknya ada enam saham batu bara yang ukuran perusahaannya cukup besar juga ikut ambles pada hari ini.

Rata-rata pelemahan saham batu bara yang besar berada dikisaran 1% hingga hampir 3%. Berikut pergerakan saham batu bara besar pada hari ini, sepekan, hingga setahun berjalan.

Dari data diatas, saham batu bara besar yang menduduki posisi pertama pelemahan pada perdagangan sesi II hari ini adalah saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), yang merosot 3,7% ke level Rp 5.200/unit.

Sepekan terakhir, saham HRUM masih melemah 3,26% sedangkan dalam sebulan terakhir saham HRUM ambles hingga 26,5%. Namun dalam setahun berjalan (year-to-date/YTD), HRUM masih meroket hingga 325%.

Nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan sesi kedua hari ini mencapai Rp 15 miliar dan investor asing tercatat menjual bersih (net sell) saham HRUM sebesar Rp 4,26 miliar di pasar reguler.

Sementara untuk saham yang pelemahannya paling minor pada siang hari ini dibukukan oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang melemah 0,41% ke posisi Rp 12.225/unit.

Selama seminggu terakhir, saham ITMG masih menguat 5,84% sedangkan dalam sebulan terakhir saham ITMG naik 0,62% dan dalam setahun berjalan (YTD), ITMG masih melesat hingga 13,19%.

Tercatat nilai transaksi saham HRUM pada perdagangan sesi kedua hari ini mencapai Rp 24 miliar dan investor asing juga melakukan net sell saham ITMG sebesar Rp 2,64 miliar di pasar reguler.

Sedangkan untuk saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada siang hari ini cenderung stagnan di level Rp 2.750/unit. Selama sepekan, penguatan PTBA masih tergolong kecil, yakni sebesar 0,73%, sedangkan untuk sebulan terakhir PTBA menguat 7,42% dan melesat 14,58% (YTD).

Adapun nilai transaksi saham PTBA pada perdagangan sesi kedua hari ini mencapai Rp 60 miliar dan investor asing masih melakukan beli bersih (net buy) saham PTBA sebesar Rp 13,76 miliar di pasar reguler.

[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini