[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – World Happiness Report, sebuah laporan tahunan yang disponsori PBB, menyatakan negara-negara di wilayah Eropa masih mendominasi laporan negara bahagia di dunia meski kini dunia dilanda pandemi Covid-19.
Dilansir dari AFP Jumat (19/3/2021), urutan pertama ditempati oleh Finlandia, yang sudah menjadi negara paling bahagia selama empat tahun berturut-turut. Diikuti oleh Denmark, Swiss, Islandia, dan Belanda.
Finlandia berhasil menyabet posisi pertama karena masyarakatnya menghindari aksi spontan seperti demonstrasi. Sebaliknya, mereka sangat menghargai ketenangan dan kesunyian yang alam negara tersebut berikan.
Penduduk Finlandia juga menikmati kualitas hidup, keamanan, dan layanan publik yang tinggi, dengan tingkat ketidaksetaraan dan kemiskinan di antara yang terendah di antara semua negara OECD.
Sementara Selandia Baru, satu-satunya negara non-Eropa yang masuk dalam sepuluh besar peringkat World Happiness Report, turun satu peringkat ke peringkat sembilan.
Jerman naik dari peringkat ke-17 menjadi ke-13, dengan Prancis naik dua ke peringkat 21. Namun Inggris turun dari peringkat ke-13 menjadi ke-17, sementara Amerika Serikay turun satu peringkat ke posisi ke-19.
Di sisi lain, negara-negara Afrika Lesotho, Botswana, Rwanda, dan Zimbabwe berada di urutan terbawah, tetapi mengungguli Afghanistan yang digolongkan sebagai negara paling tidak bahagia di dunia tahun ini.
Para peneliti World Happiness Report, yang sudah memasuki tahun kesembilan, menggunakan data Gallup yang meminta orang-orang di 149 negara untuk menilai kebahagiaan mereka sendiri.
Data tersebut nantinya dipertimbangkan dengan faktor lain, seperti PDB negara, dukungan sosial, kebebasan pribadi, dan tingkat korupsi yang akan diberikan kepada skor kebahagiaan setiap negara rata-rata dalam tiga tahun terakhir.
Para penulis juga membandingkan data tahun ini dengan rata-rata tahun sebelumnya untuk mengukur dampak pandemi, dan menemukan “frekuensi emosi negatif yang lebih tinggi secara signifikan” di lebih dari sepertiga negara.
Tetapi emosi positif meningkat di 22 negara. “Yang mengejutkan, secara rata-rata, tidak ada penurunan kesejahteraan ketika diukur dengan evaluasi orang sendiri terhadap kehidupan mereka,” kata John Helliwell, salah satu penyusun laporan tersebut, dalam sebuah pernyataan.
“Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa orang melihat Covid-19 sebagai ancaman umum dari luar yang mempengaruhi semua orang dan ini telah menghasilkan rasa solidaritas dan perasaan sesama yang lebih besar.”
[Gambas:Video CNBC]
(hoi/hoi)
[ad_2]