[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Tak cuma di Purwakarta, pabrik di Karawang juga satu per satu dilaporkan melakukan PHK, hengkang keluar Karawang, bahkan tutup total.
“Sampai saat ini tren PHK dan tutup pabrik masih berlanjut. Terakhir ada yang tutup di Purwakarta,” kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta kepada Eksekutif, Selasa (12/12/2023).
“Di Karawang sudah tinggal 1 perusahaan garmen. Memang kalau di Karawang sudah sejak tahun 2014 satu per satu pindah ke Jawa Tengah. Sejak tahu 2019 sudah tinggal 1 perusahaan garmen,” tambahnya.
Padahal, ujar Redma, sebelum tahun 2014 lebih dari 10 perusahaan skala besar.
“Pada 3 tahun lalu pas Covid justru nggak ada yang tutup, bangkrut, lalu PHK. Waktu Covid hanya dirumahkan sementara karena produksi dipotong 50%,” ujarnya.
“Penjualan online masih lumayan jalan karena memang kan barang impornya minim. Meski, kita sulit ekspor tapi pasar dalam negeri lumayan membantu,” sebutnya.
Menurut Redma, ambruknya perusahaan hingga kemudian tutup, melakukan PHK, atau hengkang dipicu oleh berbagai faktor.
Termasuk anjloknya kinerja ekspor, sementara pasar domestik terus digempur impor.
“Proyeksi kita tahun ini ekspornya hanya US$12 miliar, turun 13% dari tahun lalu. Volume ekspor juga kita proyeksi turun, sampai bulan September 2023 sudah turun 15%,” ujarnya.
“Impor kalau by data BPS kan turun, tapi kalau kondisi pasar kan penuh, ilegalnya makin banyak lagi,” imbuh dia.
Di sisi lain, lanjut Redma, pengusaha sudah pasrah jika menyangkut kebijakan kenaikan upah.
“Terserah saja mau naik berapa, paling tutup saja kalau nggak mampu,” pungkas Redma.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Pabrik Handuk di Jawa Barat Tutup, PHK 700-an Pekerja
(dce/dce)
[ad_2]