[ad_1]
Jakarta, Eksekutif —
Uje seperti tak punya rasa lelah. Pemandu wisata yang tergabung dalam Local Guide Sentul Community ini berjalan tanpa ‘ngos-ngosan’, santai melangkah tanpa bantuan trekking pole.
Ia sesekali berbincang sembari menjaga semangat peserta trekking menuju Desa Cisadon, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Dia menuturkan peminat trekking makin banyak semenjak pandemi virus Corona.
Sependapat dengan Uje, Mamet, sesama pemandu wisata dalam rombongan mengatakan kebanyakan peserta trekking berasal dari Jakarta. Keduanya optimistis bakal lebih banyak peminat trekking, terlebih sebagian besar orang masih pikir panjang jika ingin liburan terlalu jauh. Sentul rasanya cukup dekat dari ibukota dan memiliki ragam potensi wisata alam.
“Wah (pandemi) malah rame. Trekking ada, running, terus sepeda, (motor) trail, mobil off road. Cari tantangan, makanya lewat jalan kayak gini,” kata Mamet sembari menunjuk jalan bercekungan dalam pada CNNIndonesia.com, Selasa (2/3).
Dari kacamata Uje dan Mamet, bisa dibilang pariwisata tak sepenuhnya ‘jompo’ selama masa pandemi. Ternyata masih ada secercah cahaya di tengah gulita. Alam memberikan kesempatan untuk berdiam, menikmati udara segar tanpa harus mengenakan masker juga sarana melarikan diri dari kejenuhan kota.
Dadan Anwarudin, yang khusus menangani reservasi wisata alam Sentul di Local Guide Sentul Community, mengatakan trekking menjadi tren saat pandemi. Tepatnya mungkin sekitar Juni 2020. Menurut pria yang akrab disapa Edo ini, banyak pelaku wisata yang beralih menyediakan paket aktivitas trekking juga aktivitas lain yang berhubungan dengan alam.
“Wisata alam ini kan termasuk zona sedang, berdasar aturan pemerintah, ketimbang nongkrong di kafe, restoran. Kegiatan pun bisa private tanpa digabung dengan grup lain. Di kami minimal 2 orang bisa langsung jalan, mau kapanpun. 50 orang pun juga bisa tapi kemudian dipisah-pisah ke grup kecil,” kata Edo saat ditemui usai mendampingi trekking di kawasan Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Rabu (3/3).
Medan trekking menuju Curug Ciburial, Sentul. (Eksekutif/Elise Dwi Ratnasari)
|
Wisata alam dalam balutan aktivitas trekking tidak sepopuler sekarang. Bayangkan, dalam seminggu terdapat 4-5 reservasi itu pun dengan jumlah peserta tidak sedikit. Jika ingin berhitung, lanjut Edo, mungkin sudah sekitar 5.000 orang menjejakkan kaki di alam Sentul lewat jasa operator-operator wisata alam yang tergabung di komunitas.
Reservasi trekking maupun wisata alam yang masuk ke komunitas kemudian akan diarahkan ke operator di lapangan. Menurut Edo, sistem ini sangat membantu operator-operator lapangan untuk terus bertahan dan maju bersama-sama. Komunitas bisa memastikan operator memperoleh tamu dan tidak terjadi ketimpangan antara satu operator dan operator lain.
“Rata-rata yang kerja (terutama pemandu wisata) awalnya kerja di Jungle Land atau perusahaan lain, kena PHK. Ini ada potensi wisata alam, kegiatan trekking, bisa bantu angkat perekonomian warga lokal (Sentul),” imbuhnya.
Medan trekking menuju Desa Cisadon, Sentul. (Eksekutif/Elise Dwi Ratnasari)
|
Bahkan, antaroperator pun bisa saling bantu. Uje mengatakan ia bisa saja menjadi pemandu wisata operator lain saat ada kekurangan personel.
Tak ketinggalan warga desa di mana tujuan wisata berada turut terangkat perekonomiannya. Mereka mendirikan gazebo juga warung.
Sepanjang perjalanan menuju Desa Cisadon maupun menjelajahi curug, warung-warung tersebar di beberapa titik. Rata-rata menyediakan camilan maupun makanan berat seperti mi instan, juga minuman. Sampai di tujuan wisata pun terdapat warung dan gazebo. Anda bisa menyeruput kopi panas sembari menikmati keindahan curug.
Akan tetapi jika wisata alam dieksekusi saat hari kerja, hanya sebagian kecil warung yang buka. Para pemilik warung lebih fokus membuka usahanya di akhir pekan karena memang ini seperti waktu puncak aktivitas wisata.
Sementara itu tersimpan optimisme aktivitas wisata alam ini bakal tetap lestari. Tak ada yang bisa memastikan waktu titik akhir pandemi sehingga wisata alam masih bakal dilirik.
Baik pelaku wisata maupun pengunjung wisata diharapkan turut berkontribusi terhadap kelestarian alam sehingga potensi wisata tetap terjaga.
“Peserta menjaga kebersihan, apalagi sepanjang perjalanan melewati kampung orang, kebun, jadi jangan sampai merusak tanaman, menjaga lisan, tidak mengatakan hal-hal yang tidak sopan, yah menghormati karena berada di daerah orang lain,” pungkas Edo.
(tinggi)
[Gambas:Video CNN]
.
[ad_2]