[ad_1]
Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) mayoritas ditutup menguat pada perdagangan Jumat (9/4/2021) akhir pekan ini, di tengah imbal hasil kembali naik (menghasilkan) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) pada sore hari ini waktu Indonesia.
Mayoritas SBN acuan masih ramai dikoleksi oleh investor, ditandai dengan berlanjutnya penurunan menghasilkan di hampir semua referensi SBN. Namun, SBN jangka pendek yaitu seri FR0061 tenor 1 tahun kembali dilepas investor dan yieldnya kembali naik. Menghasilkan Seri SBN FR0061 naik 0,6 basis poin (bp) ke level 3,743% hari ini.
Sementara itu, menghasilkan Seri SBN FR0087 dengan tenor 10 tahun yaitu menghasilkan acuan obligasi negara kembali turun sebesar 1,1 bp ke level 6,453%. Menghasilkan ke arah berlawanan dari harga, sehingga terjadi penurunan menghasilkan menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kembali menurunnya menghasilkan SBN terjadi di tengah kebangkitan menghasilkan obligasi pemerintah AS (US Treasury) pada sore hari ini waktu Indonesia. Berdasarkan data dari situs Obligasi Pemerintah Dunia, per pukul 17:15 WIB, menghasilkan surat utang pemerintah AS acuan tenor 10 tahun naik sebesar 4,1 basis poin ke level 1,667% atau hampir mendekati level 1,7%.
Kenaikan menghasilkan Treasury terjadi setelah data klaim pengangguran AS terbaru menunjukkan angka yang mengecewakan. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pengajuan klaim tunjangan pengangguran baru pada pekan lalu mencapai 744.000 unit. Ekonom dalam polling Dow Jones sebelumnya memperkirakan angkanya hanya sebesar 694.000.
“Lompatan klaim pengangguran mengecewakan tetapi tidak mengubah pandangan kami bahwa dalam beberapa bulan ke depan kita akan melihat hasil yang bagus karena ekonomi dibuka kian normal,” tutur Jeff Buchbinder, perencana investasi saham LPL Financial, sebagaimana dikutip CNBC Internasional.
Pelaku pasar memantau perkembangan penggunaan vaksin AstraZeneca. Australia, Filipina dan Uni Afrika menjadi negara yang terbaru membatasi atau membatalkan kontrak pembelian menyusul adanya dugaan efek samping berupa penggumpalan darah bagi penerima.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd / chd)
[ad_2]