Asal Usul Nasi Ayam Hainan dan Kompetisi Malaysia-Singapura

  • Bagikan
Nasi ayam Hainan seakan tidak pernah lepas ketika membicarakan hidangan Malaysia dan Singapura.

[ad_1]

Jakarta, Eksekutif —

Nasi ayam Hainan seakan tidak pernah lepas ketika membicarakan hidangan Malaysia dan Singapura. Hampir di setiap daerah pada negara itu ada nasi ayam Hainan, seperti nasi goreng di Indonesia.

Sejak lama Malaysia dan Singapura sama-sama mengklaim nasi ayam Hainan sebagai hidangan nasional tidak resmi. Padahal, nasi ayam Hainan belum tentu benar-benar dari dua negara tersebut.

Sebagaimana dilansir South China Morning Post, nasi ayam Hainan dibuat oleh imigran China di Asia Tenggara. Terutama di Malaysia dan Singapura hingga hidangan ini merajalela di dua negara itu.


Seperti tidak peduli asal usul nasi ayam Hainan, Malaysia dan Singapura bersaing mengklaim hidangan tersebut. Setidaknya persaingan terjadi sejak kedua negara berpisah pada 1965.

Tensi persaingan terus meningkat hingga puncaknya terjadi pada 2009 silam. Kala itu Menteri Pariwisata Malaysia, Ng Yen Yen, mengatakan nasi ayam Hainan merupakan hidangan Malaysia dan telah dibajak Singapura.

Sementara, pada Desember lalu pusat makanan Singapura yang disebut hawker mendapat status warisan budaya takbenda oleh Unesco. Mereka membanggakan delapan restoran berbintang Michelin yang menyajikan nasi ayam Hainan.

Bila diperhatikan, nasi ayam Hainan sendiri sebenarnya merupakan hidangan yang sederhana. Ayam dimasak dengan cara direbus yang disajikan dengan kondimen jahe yang dihancurkan, kecap, dan saus cabai.

Ayam itu juga disajikan bersama nasi harum yang dimasak dengan cara tertentu. Pada beberapa restoran juga disediakan kuah dan pangsit goreng pada menu nasi ayam Hainan sebagai variasi.

Hidangan ini sebenarnya merupakan adaptasi dari nasi ayam Wenchang yang berasal dari kota Wenchang, Pulau Hainan. Oleh karena itu hidangan ini berkembang dan diberi nama nasi ayam Hainan, sesuai dengan nama pulau.

Penyuka sejarah asal Singapura, Brian Wong, menjelaskan hidangan nasi ayam Wenchang menggunakan ayam tanpa lemak. Ia telah melakukan penelitian mengenai masakan Hainan dan pengaruh terhadap kuliner Singapura dalam dua tahun belakangan.

“Ayam Wenchang di Hainan mengacu pada jenis ayam, atau cara pemeliharaannya,” kataya.

Menurutnya daging ayam Wenchang terasa manis alami dan memiliki kulit yang tipis. Penduduk Hainan percaya bahwa ayam tersebut paling nikmat dimasak dengan cara direbus dan diberi bumbu saus sederhana.

Daging ayam Wenchang terasa empuk dan kenyal di saat yang sama. Tekstur dan rasa daging ayam terasa sangat beda dengan ayam yang ada di Singapura dan Malaysia untuk dimasak menjadi nasi ayam Hainan.

“Beberapa toko yang saya kunjungi di Hainan tidak menyajikannya dengan cabai, melainkan capsicum kuning kecil, dan sausnya adalah minyak sederhana dengan (jeruk) calamansi, bawang putih, dan jahe. Fokusnya benar-benar pada ayam,” katanya.

Ia melanjutkan, “Untuk nasinya, rasanya cuma nasi biasa, atau ditambahkan kaldu ayam. Ini tidak seperti nasi berminyak kekuningan yang disajikan di Singapura atau Malaysia.”

Mengutip buku masak asal Malaysia yang ditulis koki Norman Musa, menu itu dibawa penduduk Hainan yang bermigrasi ke Asia Tenggara pada abad ke-19 dan 20. Sejak itulah hidangan nasi ayam Hainan muncul dan bertahan hingga saat ini.

“Selama periode tahun 1880-an dan 1940-an, kebanyakan Imigran China pindah ke British Malaya untuk bekerja di tambang timah. Perekonomiannya sangat bagus, mereka melihatnya sebagai tanah peluang,” kata Musa.

Di sisi lain, banyak imigran Hainan yang mencari uang dengan menjual makanan dan minuman. Terlebih setelah Perang Dunia II berakhir dan Inggris tak lagi menjajah Malaysia.

Pun nasi ayam Wenchang berubah menyesuaikan bahan yang tersedia di Malaysia. Imigran Hainan mulai memasak hidangan itu dengan jenis ayam lokal, jenis nasi yang berbeda, dan saus yang lebih beragam.

Bagi Wong, menentukan negara mana yang memiliki hak untuk mengklaim nasi ayam Hainan sulit. Pasalnya Malaysia dan Singapura pernah menjadi negara yang sama dan memperkenalkan makanan mereka bersama.

Sementara, menurut Musa, orang-orang harus berpikir bahwa Singapura sebelumnya merupakan bagian dari Malaysia. Dengan begitu nasi ayam Hainan akan dianggap sebagai hidangan khas daerah.

Sampai saat ini terdapat sekitar 220 ribu orang Hainan di Singapura. Lebih banyak ketimbang orang Hainan di Malaysia yang hanya mencapai 140 ribu orang.

Bila melihat ke belakang, warung nasi ayam pertama kali mulai muncul di Singapura pada 1940. Adalah Wong Yiguan tercatat sebagai orang pertama yang memulai warung nasi ayam di Singapura.

Yiguan sendiri sebenarnya bukan berasal dari Hainan, melainkan Qionghai. Namun, ia datang ke Wechang untuk belajar membuat makanan hingga akhirnya memiliki murid bernama Moh Lee Twee.

Twee sendiri memulai membuat restoran pada 1949 bernama Swee Kee Chicken Rice. Menurut Wong, restoran itu menjadi salah satu yang diakui karena memperkenalkan menu nasi ayam Hainan secara luas.

Restoran itu kedatangan turis setiap hari sebelum akhirnya gulung tikar pada 1997. Pun sejak itu sampai sekarang sangat banyak warung nasi ayam di berbagai kota-kota Singapura.

Berbeda dengan Singapura, sejarah tempat makan di Malaysia tidak tercatat dengan baik. Namun, Musa menilai Malaysia lebih berhak mengklaim nasi ayam Hainan karena warung nasi ayam tertua berdiri pada 1939.

“Tapi kami memiliki restoran ayam Hainan yang sudah buka sejak tahun 1930-an bernama Nasi Ayam Nam Heong di Kuala Lumpur. Kami sangat beruntung Nasi Ayam Nam Heong mencantumkan tanggal di sana, jadi ini menunjukkan kepada orang Singapura bahwa nasi ayam sebenarnya berasal dari Malaysia,” kata Musa.

Meski begitu, Wong mengatakan bahwa baik Singapura maupun Malaysia tidak dapat mengklaim hidangan tersebut secara sah, tidak peduli negara mana yang mengatakan kios pertama milik mereka. Pada akhirnya, makanan itu berasal dari Hainan dan Singapura serta Malaysia negara yang sama.

(adp / dea)

[Gambas:Video CNN]


.

[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini