[ad_1]
Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (24/3/2021). Kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang kembali melonjak secara global membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan menekan rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.390/US$. Tetapi tidak lama, rupiah langsung melemah hingga 0,42% ke Rp 14.450/US$.
Rupiah berhasil memangkas pelemahan dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.420/US$ atau melemah 0,21% di pasar spot.
Tidak hanya rupiah, semua mata uang utama Asia melemah melawan dolar AS hari ini. Rupiah dengan pelemahan 0,21% menjadi yang terburuk kedua di Asia hari ini. Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan kinerja rupiah kemarin yang menjadi juara kedua Asia, di bawah ringgit Malaysia yang melemah 0,29%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Rupiah merupakan aset emerging market yang dianggap lebih berisiko ketimbang mata uang negera maju. Sehingga ketika sentimen pelaku pasar memburuk, rupiah akan tertekan.
Sejak Selasa kemarin, bursa saham global berguguran yang menjadi indikasi memburuknya sentimen pelaku pasar. Hal itu terjadi akibat kembali meningkatnya kasus penyakit virus corona (Covid-19) secara global.
Per 23 Maret 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan jumlah pasien positif corona di seluruh negara adalah 123.216.178 orang. Bertambah 223.334 orang dari hari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (10-23 Maret 2021), rata-rata penambahan pasien baru adalah 450.655 orang per hari. Jauh lebih tinggi dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yaitu 394.113 orang setiap harinya.
Eropa, yang sempat ‘adem’, kini kembali dibuat kalang-kabut oleh lonjakan kasus baru. WHO mencatat, jumlah pasien positif corona di Benua Biru per 23 Maret 2021 adalah 42.870.334 orang. Bertambah 162.860 orang dari hari sebelumnya.
Selama dua pekan terakhir, rata-rata tambahan pasien baru adalah 198.751 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata 14 hari sebelumnya yakni 162.341 orang per hari.
Oleh karena itu, Eropa kini dinilai sudah terpukul oleh gelombang serangan ketiga (third wave outbreak) virus corona. Gelombang yang membuat sejumlah negara kembali memperketat pembatasan sosial (social distancing).
Mulai akhir pekan lalu, Prancis memberlakukan karantina wilayah (lockdown) di tujuh wilayah, termasuk ibu kota Paris. Lockdown akan berlaku selama sebulan. Selain itu, berlaku jam malam secara nasional yaitu pada pukul 19:00.
Di Jerman, Kanselir Angela Merkel memutuskan untuk memperpanjang lockdown hingga 18 April 2021. Warga Negeri Panser diminta untuk tetap di rumah selama libur Hari Paskah.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Pemulihan Ekonomi RI Terancam Terganggu, Rupiah Melemah Pelan-Pelan
[ad_2]