[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Inggris masih memulai tahun 2021 dalam bayang-bayang pandemi yang suram. Pemerintah negara Ratu Elizabeth itu mengumumkan bahwa ekonomi Inggris turun 2,9% pada Januari 2021 dibandingkan Desember 2020.
Dikutip dari akun Twitter resmi Kantor Urusan Statistik Negara atau ONS, Jumat (12/3/2021) ada beberapa faktor yang menyumbang pada penurunan ini yaitu pada bidang produksi dan jasa.
“PDB turun 2,9% pada Januari, dan 9% di bawah masa pra-pandemi. Jasa turun 3,5% (10,2% di bawah Februari 2020), manufaktur turun 2,3%, (5,7% di bawah Februari 2020) sementara konstruksi tumbuh 0,9% (2,6% di bawah Februari 2020),” cuit akun Twitter resmi itu.
Faktor penting dalam penurunan ini adalah tindakan penguncian yang membatasi pergerakan orang. Inggris sendiri sedang berjuang untuk mengontrol penyebaran Covid-19 setelah varian baru yang lebih luas muncul di wilayahnya.
Penurunan ini sebenarnya berada di bawah ekspektasi para ekonom yang sebelumnya memprediksi ekonomi negara itu akan turun 4,9%.
Angka ini akan menjadi penting mengingat hal ini dapat mempengaruhi keputusan Bank of England minggu depan tentang apakah Inggris membutuhkan lebih banyak stimulus untuk membantu pemulihan ekonomi dari kemerosotan terbesarnya dalam tiga abad.
Sementara itu Perdana Menteri Boris Johnson berharap kampanye vaksinasi cepatnya akan memungkinkan sebagian besar pembatasan dicabut pada pertengahan tahun. Diharapkan dengan program vaksinasi yang cepat dan terencana ini Inggris dapat kembali ke level pra-covid pada kuartal kedua tahun depan.
Inggris sendiri mencatatkan jumlah kasus Covid-19 yang cukup besar. Dari data yang ada di Worldometers, negara itu mencatatkan 4,24 juta kasus terkonfirmasi possitif Covid-19 dengan 125 ribu kematian.
[Gambas:Video CNBC]
(saya / saya)
.
[ad_2]