Fakta dan Mitos Seputar Vagina yang Belum Terungkap

  • Bagikan
Pembahasan mengenai vagina masih terselubung dengan tabu dan kesalahpahaman, sehingga kebenaran tentang vagina seringkali hilang.

[ad_1]

Jakarta, Eksekutif —

Diskusi tentang vagina masih terselubung dengan tabu dan kesalahpahaman, sehingga kebenaran tentang vagina seringkali hilang.

Padahal, pengetahuan tentang vagina penting disimak tidak hanya bagi kaum hawa, tetapi juga pria.

Berikut sejumlah fakta dari mitos yang beredar seputar vagina dirangkum dari Asiaone, Sabtu (6/3).


Mulai dari hal paling dasar yakni pemahaman tentang apa itu vagina? Ini tampaknya pertanyaan sederhana, tetapi survei pada 2013 terhadap mahasiswa Midwestern AS mengungkapkan bahwa hanya 38 persen wanita yang dapat memberi label dengan benar pada bagian-bagian yang berbeda dari vagina.

Sedangkan, hanya 20 persen pria yang bisa menjawab dengan benar.

Vagina sebenarnya adalah vulva, daerah luar yang terdiri dari klitoris, labia majora dan minora, uretra (tempat keluarnya urin), dan lubang vagina.

Vagina adalah saluran otot yang menghubungkan rahim ke vulva, menjadi jalan keluarnya darah menstruasi, masuknya sperma, dan melahirkan bayi. Itulah mengapa disebut juga jalan lahir.

Vagina adalah organ seks utama wanita, dari sini banyak hal yang tidak benar muncul. Salah satu mitos terbesar adalah bahwa selaput dara (di pintu masuk vagina) akan pecah ketika seorang wanita melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya, sehingga vagina berdarah.

Ellen Stokken Dahl, salah satu penulis The Wonder Down Under: A User’s Guide to the Vagina, menepis mitos tersebut.

“Hanya sekitar setengah dari semua wanita yang mengeluarkan darah dari vagina saat pertama kali berhubungan seks,” ujarnya.

Dalam beberapa budaya, menjadi berbahaya bagi wanita apabila tidak mengeluarkan darah pada malam pernikahan mereka, karena takut dicurigai tidak lagi dalam kondisi perawan. Akibatnya, mereka kerap mengalami kerugian signifikan, seperti dikucilkan secara sosial dan paling buruk bisa kehilangan nyawa mereka.

“Selaput dara adalah cincin elastis jaringan yang mungkin tidak rusak sama sekali saat berhubungan,” kata Dahl.

Namun, karena mitos tersebut beberapa wanita terpaksa menjalani operasi selaput dara. Tujuannya, untuk membuat lubang vagina cukup rapat hingga berdarah saat malam pertama.

Namun, Dahl menegaskan semua operasi tersebut mengandung risiko. Operasi bukan cara untuk memperbaiki budaya tersebut, tetapi seharusnya melalui informasi dan pengetahuan yang benar.

“Kami membutuhkan informasi, bukan operasi,” katanya.

Mitos lainnya, kata Dahl, yakni banyak orang masih percaya bahwa vagina menjadi longgar setelah seorang wanita melakukan banyak hubungan seks. Ia menepis mitos itu dengan menjelaskan vagina elastis dan dapat meregang untuk menyesuaikan berbagai ukuran, baik penis, vibrator, dan bayi. Selanjutnya, vagina kembali ke bentuk dan ukuran semula.

Sementara itu, Zara Chan, seorang spesialis kebidanan dan ginekologi di Hong Kong, mengungkapkan mitos lainnya seputar vagina. Banyak masyarakat yang percaya bahwa keputihan tidak normal.

Faktanya, kata dia, cairan putih atau bening biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Itu adalah adalah lendir yang diproduksi di serviks dan dapat berubah sesuai dengan siklus menstruasi wanita.

“Jika cairan berubah warna atau bau, dan jika area di bawah mulai terasa gatal, maka Anda harus mengunjungi dokter,” katanya.

Selanjutnya, Chan memperingatkan agar para perempuan tidak menggunakan produk wewangian untuk membersihkan vagina.

“Itu tidak perlu dan sebenarnya lebih banyak ruginya daripada kebaikan,” katanya.

Mitos tentang pembersih vagina sebetulnya sudah muncul berabad lalu. Pada 1920-an, perusahaan Lysol mengiklankan sabun pembersih vagina. Mereka menyarankan wanita menggunakan sabun pembersih tersebut, dan bagi yang tidak menggunakannya dibayangi bahaya kehilangan suaminya.

Chan menjelaskan vagina sehat mengandung bakteri baik yang berfungsi menjaga pH atau tingkat keasaman vagina sekaligus melindunginya dari bakteri berbahaya. Membersihkan vagina menggunakan pembersih vagina dapat memengaruhi keseimbangan alaminya dan memicu masalah seperti infeksi.

Selain itu, untuk menjaga kelembaban alami vagina, ia menyarankan perempuan untuk mengenakan pakaian dalam katun atau sutra yang longgar. Untuk menjaga kesehatan vagina, ia juga menyarankan wanita menghindari panty liner.

Chan juga menyarankan kegels, atau latihan dasar panggul, sebagai cara untuk memperkuat otot-otot di sekitar vagina, kandung kemih dan anus.

Para perempuan hendaknya mempelajari dan mengenali setiap perubahan seperti benjolan, luka, atau cairan yang tidak biasa dari vagina. Tujuannya, untuk mencegah gejala kanker vagina dan serviks Perempuan diminta untuk mewaspadai nyeri vagina, baik saat berhubungan seks atau tidak.

“Beranikan diri untuk bertanya kepada profesional saat Anda tidak yakin,” ujarnya menyarankan.

(serigala / kematian)

[Gambas:Video CNN]


.

[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini