[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk (BANK) berencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang salah satu agendanya ialah persetujuan penambahan modal dengan cara menerbitkan saham baru dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Hal ini terungkap dalam undangan RUPSLB yang disampaikan manajemen BANK di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (16/3/2021).
RUPSLB akan digelar pada Rabu 7 April 2021 pukul 10.00 WIB di Mulia Hotel Jl. Asia Afrika-Senayan Jakarta.
Selain persetujuan rights issue, agenda lainnya ialah persetujuan perubahan nama perseroan, dan persetujuan perubahan susunan pengurus perseroan.
Sebelumnya pada 2019, perseroan bertransformasi menjadi PT Bank Net Indonesia Syariah setelah terjadi pengambilalihan 100% saham PT Maybank Syariah Indonesia oleh PT NTI Global Indonesia dan PT Berkah Anugerah Abadi (BAA).
Pergantian nama tersebut efektif setelah OJK menerbitkan keputusan No.113/PB.1/2019 tentang penetapan penggunaan izin usaha atas nama PT Bank Maybank Syariah Indonesia menjadi PT Bank Net Indonesia Syariah.
Berdasarkan prospektus perusahaan, saham perusahaan masih dipegang NTI Global Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas, PT Alphaplus Adhigana Asia yang mengambil saham BAA, dan masyarakat.
NTI Global memegang 60,55% (7.988.245.746) saham. Sementara, PT Alphalus Adhigana Asia memiliki 204.826.814. Sisanya, investor publik 5.000.000.000 saham atau 37,90%.
Dalam prospektus IPO disebutkan bahwa di balik nama NTI Global, ada pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) alias beneficial ownership yakni pengusaha bernama John Dharma J Kusuma. Nama John Dharma J Kusuma terkait dengan salah satu raksasa rokok Tanah Air asal Kudus, Jawa Tengah.
“Panggilan rapat ini merupakan undangan resmi bagi para pemegang saham untuk menghadiri Rapat. Perseroan tidak mengirimkan surat undangan tersendiri kepada masing-masing pemegang saham. Pemegang saham yang berhak hadir atau diwakili adalah para pemegang saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada 15 Maret 2021 sampai pukul 16.00 WIB,” tulis manajemen BANK.
Data BEI mencatat, saham BANK masih disuspensi sejak awal perdagangan Selasa ini sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham BANK dan Waran Seri I Bank Net Indonesia Syariah.
“Suspensi dilakukan di seluruh pasar mulai sesi I perdagangan tanggal 16 Maret 2021 sampai dengan pengumuman bursa lebih lanjut,” tulis BEI.
Saham BANK tercatat pertama kali atau listing di BEI pada Selasa (2/2/2021) dengan harga perdana Rp 103/saham dan meraih dana IPO (initial public offering/penawaran umum perdana) Rp 515 miliar.
Harga saham terakhir BANK yakni Rp 2.650/saham, sehingga sejak IPO saham yang dulunya bernama Maybank Syariah ini meroket 2.472%.
Di sisi lain, Bank Net Syariah masih belum memenuhi ketentuan minimal modal inti sebesar Rp 2 triliun tahun ini dan Rp 3 triliun tahun depan. Data laporan keuangan (lapkeu) terbaru 2020 belum disampaikan, dan mengacu lapkeu Juli 2020, modal inti BANK yakni Rp 652,79 miliar.
Sebelumnya, bank syariah lainnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), juga menyatakan akan melakukan rights issue.
Kementerian BUMN menyebutkan rights issue dilakukan guna memenuhi ketentuan free float atau minimal porsi saham publik, selain juga mencari mitra baru.
Dari penerbitan saham baru ini perusahaan menargetkan bisa mendapatkan dana sebanyak-banyaknya US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan rights issue ini ditujukan untuk mencari partner strategis perusahaan sekaligus untuk menambah jumlah saham beredar perusahaan (free float).
“Tahun ini akan dilaksanakan rights issue Bank Syariah Indonesia sebagai bagian upaya meningkatkan free float dan menemukan strategic partner,” kata Kartika dalam acara Mandiri Investasi Market Outlook 2021, Rabu (10/3/2021).
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
[ad_2]