Gejala Corona Varian Eek dan Hal-hal yang Perlu Diwaspadai

oleh -14 views
Gejala yang disebabkan infeksi virus corona varian Eek tak jauh berbeda dengan lainnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai.

[ad_1]

Jakarta, Eksekutif —

Mutasi virus corona varian E484K atau Eek ditemukan di Indonesia. Gejala yang disebabkan varian baru ini tak berbeda dengan yang sebelumnya.

Mutasi virus SARS-CoV-2 varian E484K pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan. Varian ini dengan cepat menyebar di Inggris hingga ke Jepang.

Mengutip halaman British Medical Journal (BMJ), varian Covid-19 ini sebetulnya bukan jenis baru. Ia adalah mutasi yang terjadi pada virus corona di Afrika Selatan varian B1351, dan varian B1128 asal Brasil. Mutasi terjadi pada protein genetik dalam virus dan berdampak pada respons imun tubuh hingga efektivitas vaksin Covid-19.


Di Indonesia, Kemenkes telah mengkonfirmasi satu kasus temuan varian Eek. Penularan varian Covid-19 tersebut bukan berasal dari luar negeri, melainkan dari penularan lokal.

Dari segi gejala, tak ada perbedaan yang ditimbulkan antara virus corona varian Eek dan lainnya. Dokter spesialis paru, Erlang Samoedro mengatakan, gejala infeksi virus corona varian Eek masih sama seperti lainnya seperti demam, pilek, batuk, dan lain-lain.

“Jadi tidak ada perbedaan gejala sebenarnya sama saja dengan varian lainnya, ada demam, batuk, pilek, karena dia menyerang sistem pernapasan juga,” kata Erlang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (6/4).

Hingga saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih mencatat beberapa gejala umum seperti berikut.

Gejala paling umum:

– demam

– batuk kering
– Merasa lelah
– anosmia atau hilangnya fungsi indera penciuman dan perasa
– diare

Beberapa gejala lain termasuk:

– rasa nyeri di tubuh
– sakit tenggorokan
– konjungtivitis atau mata merah
– sakit kepala
– ruam

Gejala yang lebih serius:

– napas pendek atau sesak napas
– sakit dada
– kehilangan kemampuan bicara dan bergerak

Perlu Diwaspadai

Erlang mengatakan bahwa keberadaan virus corona varian Eek lebih sulit didiagnosis, bahkan oleh pemeriksaan RT-PCR. Hal ini, menurutnya harus diwaspadai oleh banyak orang.

Sulitnya diagnosis tersebut terjadi akibat adanya perubahan genetik pada virus yang bermutasi sehingga mengganggu pemeriksaan tes Covid-19. Mutasi virus menyebabkan perubahan pada bentuk dan susunan genetiknya, sehingga hasil pemeriksaan bisa jadi tak akurat.

“Misalnya pada PCR, mesin biasanya mengenali bentuk virusnya atau genetiknya, tapi karena dia berubah, bermutasi, jadi enggak dikenali saat deteksi,” katanya.

Disamping itu, varian E484K juga sulit dikenali oleh antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi. Menurut Erlang, antibodi yang terbentuk setelah vaksinasi ditakutkan tidak mengenali virus yang telah bermutasi di dalam tubuh. Akibatnya, antibodi yang telah terbentuk tidak melawan virus corona varian Eek dengan optimal.

“Jadi antibodi bisa mengenali itu virus, tapi enggak tahu itu virus corona atau bukan, sehingga vaksin bisa tidak efektif,” ujar Erlang.

Senada, dokter spesialis paru Erlina Burhan mengatakan bahwa satu-satunya yang perlu diwaspadai dari mutasi virus corona carian Eek ini adalah karena dapat menurunkan efektivitas vaksin Covid-19 yang saat ini digunakan.

Dia mengatakan, ada potensi antibodi tidak mengenali mutasi Eek sehingga pemberian vaksin Covid-19 tidak optimal.

“Komponen antibodi belum mengenal mutasi virus ini jadi ia tidak melawan virus di dalam tubuh,” katanya.

(surat / asr)


.

[ad_2]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.