[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Sebanyak empat kepala negara anggota Quad, atau kuartet empat negara yakni Amerika Serikat (AS), India, Jepang dan Australia, mengadakan pertemuan pertama pada Jumat (12/3/2021).
Dalam pertemuan itu, dilaporkan South China Morning Post (SCMP), bahwa Presiden AS Joe Biden dan rekan-rekan kepala pemerintahan dari Jepang, India, dan Australia akan bertemu secara virtual pada Jumat untuk membahas masalah regional dan global tentang “kepentingan bersama”. Topiknya mulai dari masalah maritim dan tantangan iklim hingga vaksinasi virus corona.
Namun, muncul sebuah persepsi besar mengenai pertemuan pertama Quad ini. Beberapa pihak berpandangan bahwa sebenarnya keempat negara ini berkumpul untuk menahan laju perkembangan China.
Ditambah lagi, keempat negara itu memiliki konflik dengan China. AS terlibat dalam beberapa ketegangan mengenai HAM dan perang dagang.
India memiliki konflik dengan China mengenai sengketa perbatasan yang tahun lalu berujung pada pertempuran sengit di Himalaya yang menewaskan sedikitnya 20 tentaranya.
Australia yang juga memiliki ambisi penting untuk menjadi negeri adidaya di kawasan juga memiliki permasalahan dengan Beijing mengenai pandemi Covid-19 yang sempat berujung pada perang dagang.
Sementara Jepang terlibat kasus sengketa mengenai sebuah kepulauan di Laut China Timur. Kepulauan itu diklaim oleh Beijing dengan sebutan Diaoyu sementara Jepang juga mengklaim kepulauan itu dengan nama Senkaku.
Mengenai hal ini, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan Quad adalah pertemuan yang dilengkapi dengan baik untuk menghadapi “tantangan mendesak” dunia. Namun ketika ditanya tentang China, dia mengatakan formatnya “bukan tentang pesaing tunggal”.
Beijing sepertinya tidak yakin.
Dalam berbagai kesempatan, Menteri Luar Negeri China Wang Yi telah mendesak AS untuk tidak menciptakan ‘busa laut’ sementara, semacam kelompok eksklusif kecil dan lingkaran kecil.
Bahkan diplomat tertinggi China itu secara langsung menyebut kelompok tersebut “yang disebut Organisasi Perjanjian Atlantik Utara Indo-Pasifik”, mengacu pada aliansi militer melawan Rusia dan China yang dibentuk selama Perang Dingin.
Menyikapi hal itu Derek Grossman, seorang analis pertahanan senior di Rand, menilai kehadiran empat negara atau Quad ini di bawah Biden diprediksi akan tetap diarahkan kepada China, namun melewati isu-isu lain yang memang cukup dekat dengan negeri tirai bambu itu.
“Fokusnya pada tantangan yang tidak terkait langsung dengan China, seperti perubahan iklim, rantai pasokan global, dan pemulihan pandemi,” ujarnya
Namun, tema yang mendasarinya jelas adalah bagaimana cara terbaik empat mitra demokratis dapat bersaing dengan koersifitas Beijing yang semakin meningkat di seluruh Indo-Pasifik, dan khususnya dalam domain maritim.”
Selain pandangan ini, ada juga analis yang memiliki kacamata pandang yang berbeda. Yuan Jingdong, pakar keamanan Asia-Pasifik lainnya di Universitas Sydney, juga mencatat keterbatasan Quad dalam berkembang menjadi aliansi militer formal.
“Negara-negara Quad mungkin setuju bahwa kebangkitan China merupakan tantangan keamanan utama bagi kepentingan mereka, tetapi mereka mungkin memiliki pendekatan yang berbeda mengingat kepentingan, prioritas, dan kemampuan mereka yang berbeda,” kata Yuan.
Sebelumnya pada 7 Oktober 2020, sebagaimana dimuat AFP, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo saat itu mengunjungi Tokyo untuk menyerukan kolaborasi yang lebih dalam. Bukan hanya ke Jepang, tapi ke negara yang tergabung dengan Quad lain yakni India dan Australia di tengah hubungan AS dan China masih terus memanas.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
[ad_2]