Kurs Dolar Australia Jeblok 3 Hari Beruntun, tapi Masih Mahal

  • Bagikan
Kurs Dolar Australia Jeblok 3 Hari Beruntun, tapi Masih Mahal

[ad_1]

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar dolar Australia melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (16/3/2021). Jika tertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan nanti, maka dolar Australia akan membukukan pelemahan tiga hari beruntun.

Meski demikian, kurs dolar Australia saat ini terbilang mahal, di atas Rp 11.000/AU$.

Melansir data Refinitiv, dolar Australia melemah 0,26% ke Rp 11.133/AU$ di pasar spot. Sementara dalam 2 hari perdagangan sebelumnya, total Mata Uang Negeri Kanguru ini melemah 0,42%.


Rilis notula rapat kebijakan moneter Reserve Bank of Australia (RBA) pagi ini memberikan tekanan bagi mata uangnya. Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Maret tersebut ditegaskan suku bunga tidak akan dinaikkan hingga tahun 2024.

Suku bunga yang saat ini 0,1%, terendah sepanjang sejarah baru akan dinaikkan jika pertumbuhan gaji sudah mencapai 3%. Bank sentral pimpinan Philip Lowe tersebut melihat pertumbuhan gaji 3% baru akan dicapai setidaknya pada tahun 2024. Saat ini pertumbuhan gaji berada di level 1,4%.

Selain pertumbuhan gaji, inflasi juga ditargetkan berada di kisaran 2% sampai 3%.

Dengan suku bunga rendah yang ditahan dalam waktu yang cukup lama, artinya selisih imbal hasil (yield) obligasi antara Australia dan Indonesia masih akan cukup lebar, yang tentunya menguntungkan rupiah. Dengan syarat, kondisi perekonomian dalam negeri dan global membaik.

Sebab, ketika perekonomian membaik, maka sentimen pelaku pasar akan membaik, dan mengalirkan investasinya ke negara emerging market dengan imbal hasil tinggi.

Data yang dirilis dari dalam negeri awal pekan kemarin cukup menggembirakan. Badan Pusat Statistik melaporkan data ekspor-impor Indonesia bulan Februari. Pada periode tersebut, total ekspor tercatat US$ 15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56% dibandingkan pada Februari 2020 (year-on-year/YoY) yang mencapai US$ 14,06 miliar.

Sementara impor Indonesia pada Februari 2021 tercatat sebesar US$ 13,26 miliar, naik 14,86% dibanding Februari 2020.

Konsensus pasar yang dihimpun Eksekutif memperkirakan ekspor tumbuh 6,75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Sementara impor diperkirakan tumbuh 11,85% YoY.

Artinya, realisasi ekspor maupun impor lebih tinggi dari konsensus pasar. Kenaikan impor menjadi yang paling menggembirakan, sebab sudah 19 bulan beruntun mengalami kontraksi.

Kenaikan menjadi indikasi perekonomian Indonesia mulai menggeliat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(pap/pap)


[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini