Rupiah Melemah 2,5% YTD, Tenang! Ada yang Lebih Buruk Lagi

  • Bagikan
Rupiah Melemah 2,5% YTD, Tenang! Ada yang Lebih Buruk Lagi

[ad_1]

Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (19/3/2021). Bank Indonesia (BI) menyebut kenaikan yield obligasi (Treasury) AS menjadi pemicu pelemahan rupiah.

“Ini memang topik yang sedang in hot di market. pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi yield US Treasury dan berimbas juga ke seluruh mata uang dunia,” ungkap Hariyadi Ramelan, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI di CNBC TV, Jumat (19/3/2021).

Yield Treasury AS yang melesat 8,8 basis poin ke 1,729% memberikan tekanan bagi pasar saham. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2020 atau sebelum virus corona dinyatakan sebagai pandemi, dan The Fed belum membabat habis suku bunganya menjadi 0,25% dan program quantitative easing (QE) belum dijalankan.


Kenaikan yield Treasury tersebut membuat selisihnya dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) menjadi menyempit, sehingga terjadi capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, yang membuat rupiah tertekan.  

Sepanjang tahun ini (year-to-date/YtD) hingga Kamis kemarin, yield Treasury sudah naik 81,7 basis poin. Alhasil, nilai tukar rupiah pun terus tertekan. Pada periode yang sama, rupiah melemah 2,49% Ytd.

Namun, pelemahan tersebut tidak hanya dialami rupiah, mayoritas mata uang baik itu negara maju maupun emerging market juga mengalami tekanan, bahkan ada yang lebih buruk ketimbang rupiah.

“Indonesia (rupiah) masih lebih baik dibandingkan dengan Brasil (real), Meksiko (peso), Korea Selatan (won) dan Thailand (baht),” ujar Hariyadi.

Melansir data dari Refinitiv, mata uang tersebut memang melemah lebih dalam ketimbang rupiah. Real Brasil menjadi yang paling parah dengan pelemahan lebih dari 7% YtD, peso Meksiko dan baht Thailand melemah 3,02% dan 2,8%. Won Korea Selatan bahkan juga melemah 3,99% YtD.

Yield obligasi Korea Selatan, Thailand, dan Meksiko memang lebih rendah ketimbang yield SBN, sehingga kemungkinan terjadi capital outflow yang lebih besar daripada di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan pelemahan mata uangnya menjadi lebih besar ketimbang rupiah.

Hingga Kamis kemarin, yield SBN tenor 10 tahun berada di level 6,752%, sementara Thailand di 1,84%, Korea Selatan 2,15% dan Meksiko 6,69%.

Yang menarik, yield obligasi Brasil lebih tinggi ketimbang Indonesia di 8,45%, bahkan memang selalu lebi tinggi. Tetapi, real Brasil malah anjlok paling parah.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Real Jeblok akibat Brasil Jadi Episentrum Covid-19

[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini