[ad_1]
Jakarta, Eksekutif – Manajemen bank milik Grup Salim lewat Indolife Pensiontama, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) menjelaskan beberapa hal kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) seiring dengan pergerakan harga saham perusahaan yang menggeliat dalam beberapa waktu terakhir.
Hal yang dijelaskan di antaranya soal komitmen memenuhi ketentuan modal inti Rp 2 triliun tahun ini dan tahun depan Rp 3 triliun, rumor soal diakuisisi unicorn (startup dengan valuasi lebih dari US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun), dan kabar beralihnya strategi bisnis menjadi bank digital.
Data BEI menunjukkan saham BINA sudah melesat 104% dalam 3 bulan terakhir dan year to date melonjak 107% di level Rp 1.430/saham.
Ria Sari Sidabutar, Sekretaris Perusahaan BINA, mengatakan perseroan berkomitmen untuk memenuhi kewajiban modal inti Rp 2 triliun tahun ini sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 12 tahun 2020. Komitmen itu sudah disampaikan kepada OJK dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2022-2023 pada November tahun lalu.
Adapun struktur permodalan setelah aksi korporasi yang dimaksud dalam RBB tersebut yakni nantinya PT Gaya Hidup Masa Kini akan memiiki saham senilai Rp 56,42 miliar, PT Samudra Biru Rp 93,37 miliar, DBS Bank Ltd Trustee NS Financial Rp 59,34 miliar, dan Liontrust Asean Financial Fund Rp 103,44 miliar.
Selanjutnya PT Philadel Terra Lestari Rp 54,50 miliar, PT Indolife Pensiontama Rp 244,71 miliar (Grup Salim), dan publik dengan kepemilikan saham setara Rp 71,31 miliar.
Ria menjelaskan belum ada rencana perusahaan untuk melakukan perubahan strategi usaha. “Dalam waktu dekat ini perseroan belum masuk dalam bank digital tetapi tetap menjadi bank retail,” jelasnya.
Selain itu belum ada rencana penggabungan usaha atau pengambilalihan saham perseroan oleh pihak lain. Pun tidak ada informasi terkait dengan investor strategis, termasuk nama investor strategis dan mekanisme aksi korporasi dalam rangka rencana pemenuhan Kewajiban Modal Inti.
BEI juga bertanya soal apakah terdapat salah satu unicorn yang berencana melakukan akuisisi atas saham perseroan. “Tidak ada,” tulis Ria dalam jawabannya.
Perseroan juga akan senantiasa memenuhi ketentuan V Peraturan Bursa No. I-A terkait Persyaratan Bagi Perusahaan Tercatat Untutk Tetap Tercatat di Bursa.
“Tidak ada fakta material yang dapat mempengaruhi harga efek perseroan,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Anthoni Salim yang juga Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), resmi menjadi ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) Bank Ina bersama pemilik Bali United, Pieter Tanuri.
Hal itu terungkap dalam keterbukaan informasi Bank Ina Perdana yang dipublikasikan pada 10 Januari 2020 yang disampaikan Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu dan Direktur Kepatuhan Bank Ina Wardoyo.
Informasi fakta material yang disampaikan yakni terjadi perubahan struktur kepemilikan saham Bank Ina di mana perusahaan Grup Salim, PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali, dari sebelumnya hanya dipegang oleh PT Philadel Terra Lestari milik Pieter.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)
[ad_2]