Top Rupiah! Jadi Juara Asia Saat Dolar AS Kembali Perkasa

  • Bagikan
Top Rupiah! Jadi Juara Asia Saat Dolar AS Kembali Perkasa

[ad_1]

Jakarta, Eksekutif – Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (12/3/2021), bahkan menjadi juara alias yang terbaik di Asia. Aliran modal yang kembali masuk ke dalam negeri membuat rupiah mampu menguat saat dolar AS bangkit dari tekanan.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,45% di Rp 14.330/US$. Penguatan rupiah terakselerasi hingga 0,66% di Rp 14.300/US$, tetapi sayangnya level tersebut menjadi yang terkuat hingga tengah hari ini.

Perlahan-lahan penguatan rupiah terpangkas hingga tersisa 0,1% di Rp 14.380/US$. Rupiah juga mengakhiri di level tersebut.


Meski penguatan terpangkas cukup banyak, tetapi dibandingkan mata uang utama Asia, rupiah menjadi yang terbaik. Sebab, mayoritas mata uang utama Asia melemah, hanya peso Filipina yang menguat menemani rupiah.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Masuknya aliran modal di dalam negeri terlihat dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN). Yield SBN tenor 10 tahun hari ini turun 5,7 basis poin ke 6,666%.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun maka harganya sedang naik, begitu juga sebalinya. Saat harga sedang naik, artinya sedang ada aksi beli.

Aksi beli tersebut menjadi indikasi masuknya aliran modal ke pasar obligasi.

Sentimen pelaku pasar yang membaik, hingga kembali mengalirkan modalnya ke negara emerging market terjadi salah satunya dipicu oleh bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengambil langkah guna meredam kenaikan yield obligasi.

Dalam pengumuman hasil rapat kebijakan moneter Kamis kemarin, ECB menyatakan akan meningkatkan pembelian aset seperti obligasi (Quantitative Easing/QE) di kuartal II-2021 nanti.

“Berdasarkan penilaian bersama mengenai kondisi finansial dan outlook inflasi, Dewan Gubernur mengharapkan pembelian aset melalui PEPP di kuartal selanjutnya akan lebih tinggi ketimbang bulan pertama tahun ini,” tulis ECB dalam rilisnya usai rapat kebijakan moneter, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (11/3/2021).

Dengan nilai pembelian obligasi yang ditingkatkan, yield-nya tentunya akan menurun. Kenaikan yield yang dimulai di AS (Treasury) membuat sentimen pelaku pasar memburuk belakangan ini.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Indeks Dolar AS Bangkit Lagi

[ad_2]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tak Hanya Produk Branding, Media Massa Pun Dipalsukan Seperti Majalah EKSEKUTIF ini